Bisnis dengan Ilahi

Terapi Kamar Mandi

ALLAH Swt banyak sekali memakai istilah bisnis atau usaha perdagangan dalam Alquran, seperti tijarah (perniagaan), bay’un (jual beli), qardh (kredit), isytara (membeli), dan mufradat lainnya. Kira-kira kenapa begitu? Di antaranya, karena kecendrungan dan sifat dasar manusia sesungguhnya ingin beruntung dalam hidup ini. Bukankah betapa banyak orang menjalin komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain berdasarkan ada untung dan ruginya?

Menurut Prof M Quraish Shihab, ada dua istilah yang dapat dipakai ketika membahas judul di atas: pertama berbisnis bersama Allah Swt. Kedua, berbisnis dengan Allah Swt.

Berbisnis bersama Allah, katanya mengajak Allah untuk bersama dirinya untuk menghadapi orang lain. Untuk itu Allah Swt menetapkan syarat-syarat: pertama, lebih dahulu mengelola hati dengan baik. Kedua, mengelola harta sesuai dengan peraturan Allah Swt dan Rasulullah Saw, serta memperlakukannya dengan akhlak yang baik. Jika syarat-syarat tersebut telah dipenuhi, lanjut M Quraysh Shihab, maka bisnis seseorang tersebut akan diberkati Allah dan akan memperoleh keuntungan yang luar biasa. Akan tetapi sebaliknya, jika itu tidak diindahkan dan diperhatikan maka bisnisnya akan mengalami kerugian.

Istilah kedua, berbisnis dengan Allah. Bisnis ini berlangsung dua arah, yaitu antara sang manusia dengan Allah Swt. Memang, manusia tidak dapat melihat Allah Swt secara langsung. Akan tetapi, dalam hidup ini, betapa banyak yang tak terlihat tapi sebenarnya wujud dalam kehidupan.

Seperti apa contoh berdagang atau berbisnis dengan Ilahi?

Suatu ketika Usman bin Affan berangkat ke Madinah. Beliau membawa barang dagangan. Saat itu musim paceklik. Barang banyak kosong. Sebelum sampai ke Madinah, para Yahudi datang menawarkan diri untuk membeli barang Usman dengan keuntungan 50 persen. Usman tidak bersedia. Lalu dinaikkan mejadi seratus persen. Usman juga tak mau. Hingga naik menjadi 200 persen. Usman tetap menggeleng. Lalu para pedagang Yahudi itu bertanya. Berapa persen keuntungan yang ditawarkan oleh orang yang akan membeli barang-barangmu itu Usman? Usman menjawab 700 persen. Para Yahudi menggeleng. Siapa orang yang kan membeli seperti itu? Lalu Umar membacakan ayat 161 Surat Albaqarah:

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

Konon, sampai di Madinah, Usman bin Affan malah membagi-bagikan harta tersebut kepada kaum muslimin yang sedang amat memerlukan.

Usman bin Affan dan kaum muslimin yang dermawan amat memahami ayat ini: “Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di surga di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.” (Q.S: As Shaf 10-12)

Ayat di atas mengingatkan bahwa di dunia ini ada banyak bisnis yang dilakukan manusia akan menuai azab yang pedih. Akan tetapi ada suatu bisnis yang selamat dari kesengsaraan dan penderitaan yang luar biasa, yaitu beriman kepada Allah dan Rasulullah, berjuang di jalan Allah dengan harta dan jiwa. Semua bisnis tersebut malah akan memperoleh ampunan dosa dan akan menjadi penghuni surga.

Pada ayat 29 surat Fathir,  Allah Swt paparkan lagi: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Alquran), mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka baik secara diam-diam maupun terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.”

Kesimpulan: pertama, jika dirimu ingin berbisnis bersama Allah, maka ikutilah aturan Allah Swt dan Rasulullah Saw, di antaranya jujur saat melakukan usaha dalam kehidupan, maka Allah akan menjamin engkau tidak akan rugi.

Kedua, ada perniagaan langsung dengan Allah seperti menginfakkan harta buat orang-orang yang memerlukan seperti orang miskin, anak yatim, membangun sarana pendidikan, sarana ibadah dan kebajikan-kebajikan lain, maka orang itu akan mendapat keuntungan di dunia dan di akhirat.

Ketiga, perniagaan dengan Ilahi yang sesungguhnya adalah ketika engkau beriman secara sungguh-sungguh kepada-Nya dan Rasulullah serta mengaplikasikan iman itu dalam kehidupan dengan cara yang telah ditetapkan oleh Allah Swt. Melakukan jihad; memerangi hawa nafsu, memerangi kejahatan dalam apapun bentuknya, memberantas kemiskinan, kebodohan yang terdapat di sekelilingmu dengan hartamu, kemudian berjihad atau berjuang dengan segenap jiwa dan raga untuk menegakkan dan mempertahankan iman tersebut, maka itulah keberuntungan atau kemenangan yang sesungguhnya. Akibat itu semua, maka segala dosamu akan diampuni, engkau akan masuk surga ‘Adn,  yang pada akhirnya semua itu menjadi kemenangan yang agung.

Keempat, bisnis yang tidak akan rugi adalah usaha dagang yang dilakukan dengan Ilahi. Jadi, bisnis yang tidak rugi alias beruntung adalah orang menjadikan Alquran sebagai bacaan utama dan pertama dalam kehidupan mereka. Selain itu, mereka mendirikan shalat, baik yang wajib maupun yang sunnah dengan khusyu’ dan khudhu’. Selanjutnya, mereka pandai berbagi rezeki kepada orang lain. Berbagai rezeki tersebut dilakukan baik secara diam-diam atau sembunyi-sembunyi maupun secara terang-terangan.

Wallahu a’lam. ***

Baca : Sumbang Musa

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *