Gunjing

Terapi Kamar Mandi

LIDAH merupakan anggota tubuh manusia yang banyak manfaatnya. Ia berada dalam mulut yang dipagari gigi. Menjadi bagian mustahak dari sesuatu yang melekat pada alat amat vital bagi eksistensi manusia. Lidah berada di dalam mulut, ia melekat di kepala bersama dengan alat urgen lainnya, seperti otak, mata, telinga dan lainnya.

Keberadaan lidah yang dipagar alat lain seperti bibir dan gigi memberi isyarat agar lidah dipelihara dengan baik, dan tidak digunakan sembarangan. Semua yang keluar darinya mesti ditapis dan dilapis, serta mesti dikomunikasikan dengan otak dan hati yang letaknya lebih dalam lagi, agar semua yang berloncatan dari lidah tidak menyakitkan hati dan merusak otak. Sering didengar pepatah, bahwa luka badan karena pedang, obatnya mudah dicari, tapi luka hati karena lidah, kemana penawar nak dicari.

Ada suatu penyakit yang mesti dihindari manusia. Penyakit itu disebut gunjing. Gunjing ini medianya adalah lidah. Munculnya penyakit yang membahayakan eskistensi kemanusiaan ini karena banyak hal, dapat disebabkan baik karena upaya menghilangkan rasa marah, rasa benci, atau karena rasa dengki, dapat pula karena iseng-iseng belaka untuk bergurau atau guyonan sahaja. Banyak sekali orang  bergunjing sambil bergurau, terutama untuk mencemooh atau merendahkan seseorang atau kelompok yang dipergunjingkan dalam gurauan tersebut. Kata orang Melayu lama, konon pekerjaaan yang paling mudah dilakukan di dunia ini adalah menjual barang yang sudah ada, dan mempercakapkan orang lain. Kedua bentuk pekerjaan yang seolah sepele itu amat diwanti-wanti oleh para bijak bestari Melayu agar jangan dilakukan.
   
Hari ini, pergunjingan ini kian hari kian marak. Tidak saja dilakukan antara satu individu dengan individu lainnya atau kelompok kecil tapi bahkan sudah tersebar luas. Banyak media massa yang menaja acara pergunjingan ini dalam bentuk yang seolah-olah elegan dan wah padahal itu merupakan sesuatu yang membahayakan bagi si penggunjing, yang digunjing dan yang menonton serta membaca pergunjingan tersebut.

Pergunjingan ini dalam istilah agama dikenal dengan ghibah. Menurut Imam Al Ghazali, ghibah adalah kamu menyebut saudaramu apa yang tidak ia sukai. Jika sampai kepadanya, baik yang kamu sebutkan itu kekurangan pada badannya, keturunannya, atau pada akhlaknya, atau pada perbuatannya, atau pada agamanya, atau pada kehidupan dunianya, bahkan pakaiannya, rumahnya, dan kendaraannya.

Nabi Muhammad Saw sendiri menjelaskan tentang ghibah tersebut: Tahukah kamu apa itu ghibah? Mereka berkata: hanya Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Rasulullah Saw bersabda: engkau menyebut saudaramu sesuatu yang dibencinya. Jika yang disampaikan itu memang benar maka itulah ghibah, tetapi jika tidak benar, maka engkau telah membuat kedustaan. (HR Muslim).

Allah Swt melarang keras pergunjingan ini. “Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang.” (Q.S: Al-Hujurat: 12)

Ayat itu menjelaskan bahaya gunjing. Perbuatan itu sama saja seorang penggunjing sedang memakan daging mayat. Pertama perbuatan itu dosa karena dilarang Allah Swt, berikutnya jijik dan jorok. Jangankan memakan daging manusia yang sudah jadi mayat, menyantap daging ikan yang busuk saja sudah tak dapat dibayangkan begitu memualkan dan memuakkannya. (Maaf), coba pejamkan mata, silakan imajinasi tuan dan puan mengelana. Ambil daging mayat tersebut dengan tangan, lalu masukkan ke mulut, selanjutnya kunyahlah seperti mengunyah daging rendang yang baru keluar dari kuali. Ingat-ingatlah bahwa rendang yang dimakan itu daging mayat manusia yang sudah membusuk dan dikerumuni belatung. Huu.

Memakan daging hewan saja tidak sanggup. Padahal konon mayat manusialah yang paling busuk. Apalagi mayat yang penuh dosa. Agaknya, tersebab itu jugalah maka mayat manusia dikuburkan begitu dalam di rongga tanah.

Untuk itu takutlah kepada Allah Swt. Jangan pernah bergunjing lagi. Jika pernah melakukan kesalahan maka bertobatlah. Jika pernah hari-hari diisi dengan pergunjingan, maka hentikanlah. Gunakan lidah yang amat berharga untuk menyebut yang baik-baik saja. Manfaatkan lidah untuk membaca Alquran, selawat nabi dan kalimat thayyibah lainnya. Pakai lidah untuk mengajak orang berbuat kebaikan dan mencegah orang melakukan kesesatan. Dan Allah Swt akan menerima tobatmu. Allah Swt Maha penyayang.

Tetapi rupanya ghibah tersebut dibolehkan disebabkan beberapa hal. Menurut Imam Nawawi, di antaranya: orang yang teraniaya boleh menceritakan atau mengadukan kezaliman orang yang menzaliminya kepada penguasa atau hakim atau kepada pihak yang berwenang suatu perkara dalam rangka menuntut haknya. Kemudian dalam rangka meminta bantuan untuk menyingkirkan kemungkaran, dan agar orang yang berbuat maksiat kembali ke jalan yang benar.

Wahai ananda tajuk mahkota/ Banyakkan amal sedikitkan kata/ Peliharalah mulut serta anggota/ Supaya menjauh aib dan nista. (Tenas Effendy)

If the tongue had not been framed for articulation, man would still be a beast in the forest: Jika lidah belum dibingkai untuk artikulasi, manusia akan tetap menjadi binatang buas di hutan. (Ralf Waldo Emerson)

Wallahu a’lam.***

Baca : Bisnis dengan Ilahi

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *