Petani Sawit di Inhu Menjerit,  Ini Sebabnya!

LAMANRIAU.COM, INHU – Petani kelapa sawit saat ini tidak hanya dihadapkan pada masalah masih rendahnya harga Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit.  Mereka ternyata juga dihadapkan pada masalah lain, khususnya mahalnya harga pupuk.

Saat ini petani terpaksa harus membeli pupuk non subsidi, karena pemerintah telah mencabut beberapa jenis pupuk yang selama ini diburuhkan petani.  Sementara harga pupuk nonsubsidi dipasaran sudah melambung tinggi.

Tingginya harga pupuk menyebabkan petani mengurangi pemupukan, dampaknya adalah produksi buah kebun menurun secara signifikan yang berujung pada menurunnya pendapatan mereka.

” Sudah hampir enam (6) bulan saya tidak melakukan pemupukan karena harga pupuk sekarang tinggi,” keluh ketua Asosiasi petani kelapa sawit Indonesia (Apkasindo) Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Emi Rosyadi, Sabtu 20 Agustus 2022  saat berbincang dengan media ini melalui sambungan selulernya.

Emi mengatakan, harga pupuk nonsubsidi, untuk jenis NPK saat ini dikisaran Rp750 ribu hingga Rp900 ribu/sak. Urea Rp500 ribu hingga Rp550 ribu di toko toko pertanian.

Tingginya harga pupuk nonsubsidi yang  kata Emi, tidak sebanding dengan harga TBS kelapa sawit saat ini, khususnya di Kabupaten Inhu.

Sesuai dengan harga yang ditetapkan oleh Disbun Provinsi Riau, harga terendah sawit umur tiga tahun adalah Rp1.787,50 per kilogram.

“Harga di Disbun naik, tapi tak sama dengan harga di tingkat petani swadaya, jelas ini sangat merugikan petani” ungkapnya.

Selain masalah mahalnya pupuk nonsubsidi, petani juga dipusingkan dengan beredarnya pupuk yang diduga palsu lantaran harganya jauh dibawah pasaran.

” Ditengah tingginya harga pupuk nonsubsidi,  pupuk yang di indikasi palsu marak beredar di pasaran. Harganya lebih murah dari pupuk pada umumnya,” sebut Emi Rosyadi.

Pupuk yang sering ditemukan diduga palsu adalah jenis NPK. Jika dilihat secara kasat mata, pupuk abal abal ini sulit membedakanya  dengan yang asli. Bentuk butiran mirip asli, bahkan aromanya juga mirip.

” Tapi saat diaplikasikan di kebun, tidak memberikan pengaruh pada tanaman,” katanya lagi.

Harga pupuk yang diduga palsu itu di kisaran Rp 200 ribu hingga 340 ribu per sak isi 50 kg. Sementara pupuk NPK yang asli sekitar Rp 750 ribu hingga Rp 900 ribu.

”Karena harganya murah, banyak petani yang membeli. Ternyata tidak berdampak apa apa terhadap tanaman,” ujarnya.

Untuk itu, dia berharap Dinas Pertanian Kabupaten Inhu mengawasi peredaran pupuk. Apalagi jika ada harga pupuk yang beda jauh dengan harga pada umumnya, perlu dicurigai.

”Kasian para petani. Kami sudah terpuruk karena harga sawit yang murah, sekarang dapat masalah pupuk yang diduga palsu banyak beredar dipasaran,” pungkasnya.***

Editor: zulfilmani

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *