Berniaga dengan Tuhan

TUHAN menciptakan manusia dengan cinta. Karena cinta itulah Ia beri manusia seperangkat pedoman agar insan ciptaan-Nya yang paling mulia itu hidup mulia, yaitu bahagia di dunia dan di akhirat.

Tuhan menciptakan manusia dengan fitrah agar menjadi makhluk beruntung. Manusia tak boleh rugi dalam mengisi kehidupannya. Dalam surat al-‘Ashr Allah Swt menunjukkan kepada manusia tips agar menjadi orang beruntung. Yang pertama dan utama manusia mesti selalu beriman. Dengan iman itu ia mesti berbuat kebaikan. Kebaikan itu diperkuat dengan selalu mencintai kebenaran dan mengingatkan manusia yang lain agar juga berbuat kebenaran dalam hidup. Selain hidup dalam kebenaran dan menjunjung tinggi serta mengajak dan menegakkan kebenaran, manusia juga mesti sabar dan mengingatkan orang lain agar berbuat sabar dalam melayari biduk hidup dalam lautan dunia yang menipu tersebut.

Tuhan amat sayang kepada manusia. Ia ciptakan manusia memiliki naluri menjadi makhluk beruntung. Keberuntungan di dunia diperoleh di antaranya melalui perniagaan. Maka banyak sekali ayat Alquran berbicara tentang niaga, dagang, bisnis, pengusaha, saudagar atau entrepreneur.

Di antara istilah yang dipakai Alquran tentang perniagaan itu adalah kata bay’un yang bermakna jual beli. Selain itu juga dipakai kata tijarah (perniagaan). Kemudian ada kata isytara (penjualan), qardh (kredit) dan lain sebagainya.

Perbincangan tentang perniagaan ini menjadi amat menarik ketika Tuhan tidak saja mengajari manusia bagaimana berdagang dengan makhluk atau dengan manusia lainnya akan tetapi juga berdagang atau berniaga dengan Tuhan sendiri.

Meminjam istilah M Qurays Shihab, bahwa berbisnis dalam Islam ada dua bentuk: pertama berbisnis bersama Allah; kedua berbisnis dengan Allah.

Berbisnis bersama Allah Swt tersebut kata Qurays Shihab adalah bisnis yang dilakukan manusia antar manusia tetapi manusia menyertakan Allah Swt dalam perbisnisan tersebut. Untuk itu kata Qurays Shihab, aturan Allah Swt mesti dijalankan dalam berbisnis terseut. Kedua, dalam berbisnis, manusia mesti memperbaiki hatinya.

Apa yang diungkapkan M Qurays Shihab ini menjadi lebih menarik ketika kita lihat nabi Muhammad Saw dalam melakukan perdagangan. Setidaknya sifat yang telah dimiliki oleh nabi sejak lahir membuat perbisnisannya memperoleh untung yang sangat besar. Bukan saja ia mampu beruntung secara ekonomi tapi juga mampu menggaet cinta konglomerat yaitu, Siti Khadijah yang pada awalnya, (maaf) merupakan ‘bos’ nabi.

Sifat yang dimiliki Nabi Muhammad Saw itu di antaranya adalah shiddiq, yaitu jujur. Seorang pebisnis mesti jujur. Kejujuran itu terkadang amat sulit ditemukan dalam diri para pedagang. Selalu kebohongan dan ketidakjujuran ini selalu menjadi pakaian para peniaga. Sehingga banyak sekali disindir oleh Allah dalam Alquran seperti, pedagang yang curang dalam timbangan, dan lain-lain.

Kedua, nabi memiliki sifat amanah, yaitu dapat dipercaya. Seorang pekerja, staf atau karyawan mesti memiliki sifat ini karena tanpa prilaku ini maka kepercayaan yang diberikan oleh sang atasan tidak dapat dijalankan debgab prima.

Ketiga, nabi memiliki sifat fathonah (cerdas). Kecerdasan ini juga tidak kalah pentingnya dari shiddiq dan amanah. Kalau hanya jujur dan dapat dipercaya saja yang dimiliki seorang peisnis maka usahanya akan jalan di tempat atau tidak mengalami kemajuan yang berarti. Kecerdasan membaca peluang usaha tidak dapat tidak mesti dimiliki seorang enterpreneur sejati. Kecerdasan membaca selera pasar, kebutuhan konsumen, serta tempat usaha, dan segala sesuatu yang bersangkut kait dengan kemajuan usaha lainnya mau tidak mau mesti dapat dibaca dan dicermati oleh seorang peniaga yang handal.

Keempat, nabi Muhammad Saw juga memiliki sifat tabligh yang secara etimologi bermakna menyampaikan. Artinya tidak ada sesuatu yang ditutup-tutupi oleh nabi dalam menyampaikan proses dan hasil perniagaannya kepada pimpinannya. Mungkin ini sepadan dengan transparansi dan akuntabel dalam istilah kekinian. Tranparansi dan akuntabel  ini menjadi sangat penting sehingga memperoleh empati dari siapapun.

Apa yang dilakukan oleh nabi dalam berniaga menyertakan Tuhan dalam proses aktivitasnya, yaitu mengikuti semua yang diinginkan Ilahi melalui sifat yang ada pada nabi, yaitu jujur, amanah, cerdas dan transparansi. Selain itu jangan pernah melakukan sesuatu yang dilarang Allah Swt dalam berusaha, seperti praktik riba dan lainnya.

Dalam Islam, tidak saja berniaga bersama Allah Swt tapi juga beniaga dengan Allah Swt. Apa perbedaannya?

Berniaga dengan Allah Swt adalah proses perniagaan langsung dengan Allah Swt di mana semua harta yang diperdagangkan akan dijual kepada Allah Swt, dan Allah Swt yang membelinya dan memberi keuntungan dari perniagaan tersebut.

Bagaimana bentuk perniagaan dengan Allah Swt itu?

Suatu ketika Usman bin Affan berangkat ke Madinah. Beliau membawa barang dagangan. Saat itu musim paceklik. Barang banyak kosong. Sebelum sampai ke Madinah, para Yahudi datang menawarkan diri untuk membeli barang Usman dengan keuntungan 50 persen. Usman tidak bersedia. Lalu dinaikkan mejadi seratus persen. Usman juga tak mau. Hingga naik menjadi 200 persen. Usman tetap menggeleng. Lalu para pedagang Yahudi itu bertanya. Berapa persen keuntungan yang ditawarkan oleh orang yang akan membeli barang-barangmu itu Usman? Usman menjawab 700 persen. Para Yahudi menggeleng. Siapa orang yang kan membeli seperti itu? Lalu Umar membacakan ayat 261 Surat Albaqarah:

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.”

Konon, sampai di Madinah, Usman bin Affan malah membagi-bagikan harta tersebut kepada kaum muslimin yang sedang amat memerlukan.

Selain berbisnis dengan Allah dengan cara itu Usman bin Affan tersebut, Allah juga mencontohkan dan mengajarkannya dalam Alquran seperti dalam surat Fathir 29 ayat berikut:

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Alquran), mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada mereka baik secara diam-diam maupun terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi.”

Artinya dengan membaca Alquran manusia akan memperoleh keuntungan. Secara sederhana bukankah ada hadits nabi yang mengungkapkan, “Siapa saja membaca satu huruf dari Kitabullah (Alquran) maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf.” (HR At-Tirmidzi).

Demikian juga dengan shalat. Hal ini dapat dilihat dalam surat Albaqarah ayat 5, “Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka dan merekalah orang-orang yang beruntung.”

Begitu juga dengan menginfakkan sebagian harta. Hal ini dapat dilihat dalam surat Albaqarah ayat 261 di atas.
Selain itu juga terdapat pengajaran Ilahi tatacara berbisnis dengan Allah Swt. dan itu sangat perlu diperhatikan. Hal itu dapat dilihat dalam ayat:

“Wahai orang-orang yang beriman. Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (Yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui. Niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan ke tempat-tempat tinggal yang baik di surga di dalam surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang agung.” (Q.S: As Shaf 10-12)

Ternyata beriman kepada Allah Swt dan Rasulullah dengan sebenar-benarnya merupakan perniagaan. Selain beriman juga mesti berjihad dengan harta dan jiwa. Menurut ayat di atas itulah perniagaan yang benar-benar akan memperoleh kemenangan atau keberuntungan yang sesungguhnya.

Ayat itu juga menginformasikan bahwa banyak bisnis atau perniagaan yang dilakukan manusia yang akan mengundang dosa dan akan menjadi penghuni neraka, dan bisnis atau perniagaan ini tentu sangat merugi, dan sejatinya dihindari.

Wallahu a’lam. ***

Baca: Milad Riau 66, dan Adat 2023

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews