Milad Riau 66, dan Adat 2023

Terapi Kamar Mandi

WAHAI orang-orang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS: Al Hasyr: 18-19)

***

Tanggal 9 Agustus ini kita sedang memperingati dua hari lahir. Pertama hari lahir provinsi Riau yang ke-66; kedua, hari masyarakat adat internasional (International Day of the World’s Indigenous Peoples)

Memperingati hari lahir, apa yang mesti dilakukan? Pertama, mensyukurinya karena dengan itu Allah akan menambah anugerah yang telah ada selama ini. Kedua, mengingat kembali apa yang telah dilakukan, dan apa saja capaian-capaian yang telah diraih. Ketiga, apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang.

***

Pertama, bicara tentang hari ulang tahun provinsi Riau. Sudah 66 tahun berlalu provinsi ini berdiri setelah berpisah dari Sumatera Barat, dan Jambi dalam ikatan provinsi Sumatera Tengah. Hal itu ditandai dengan ditandatanganinya UU Darurat Nomor 19 Tahun 1957 oleh Presiden Sukarno di Denpasar Bali.

Sudah banyak capaian-capaian yang diraih selama ini, di samping masih terdapat beberapa hal yang terbengkalai, terutama peningkatan sumber daya manusia. Allah Swt berfirman, “Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman dan berilmu pengetahuan…”

Pada peringatan hari lahir Riau tahun ini, pengembangan SDM masih perlu mendapat perhatian serius dari semua kalangan, terutama pihak eksekutif. Menciptakan generasi yang memiliki iman dan takwa serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi tetap menjadi PR utama dalam pembangunan di Riau.

Kedua, walaupun pembangunan sudah membaik akan tetapi perlu pemerataan dan prinsip keadilan di seluruh negeri. Konsep adil dan merata ini amat penting karena Tenas Effendy dalam tunjuk ajar Melayu menyebutkan: apa tanda adil dan benar/ adat dan syarak tempat bersandar/ tunjuk dan ajar menjadi dasar/ pantang larang tiada dilanggar/… bertuah hukum karena adilnya/ bertuah alim karena benarnya/ bertuah raja karena marwahnya/ bertuah penghulu karena sifatnya/ bertuah rakyat karena taatnya.

Adil jangan memilih kasih/ benar jangan memilih kawan/ baik jangan mencari laba/ elok jangan mengambil muka/ sayang jangan menharap upah/ budi jangan mengharap puji.

Ketiga, perlu kerja keras dan kerja cerdas di semua elemen. Tak dapat dipungkiri bahwa persaingan global menghendaki semua insan mesti giat bekerja dan bekerja cerdas sehingga memperoleh hasil yang maksimal.

Keempat, persebatian semakin dipererat. Sesuai dengan tema peringatan hari jadi Riau ke-66, yaitu “Riau Bersatu”. Hari ini sudah berada pada tahun politik. Bayangan pertikaian dan perpecahan semakin jelas. Untuk itu mari jaga pesebatian di antara anak negeri. Sesuai dengan tunjuk ajar Melayu, ke depan mesti mendahulukan prinsip:

Ke bukit sama mendaki, ke lurah sama menurun, ke hilir sama berkayuh, ke hulu sama bergalah, ke atas sama tinggi, ke bawah sama rendah, ke langit sama berpucuk, ke bumi sama berakakar, ke etengah sama berbatang, ditutuh sama bertunas, ke tengah sama berbatang, ditebang sama bertunas, ditebang sama menunggul, ditarah sama meranggas.

Yang berat sama dipikul, yang ringan sama dijinjing, yang beban sama ditahan, yang hutang sama disandang, yang aib sama ditampung, yang malu sama ditebus, yang digantung sama tinggi, yang dibuang sama jauh, yang dibunuh sama mati, yang dipijak sama lati, yang dikerat sama pepat, bila dikikis sama aus, bila ditakik sama luka, bila dilentur sama layu, bila diikat sama terkebat.

***

Berbincang tentang hari adat sedunia atau hari masyarakat adat internasional. Sebagaimana dilansir situs resmi Departemen Urusan Ekonomi dan Sosial PBB, Hari Masyarakat Adat Internasional 2023 mengusung tema “Indigenous Youth as Agents of Change for Self-determination” atau “Pemuda Adat sebagai Agen Perubahan untuk Penentuan Nasib Sendiri”. Ada tiga sub tema Hari Masyarakat Adat Internasional 2023, yaitu: Climate Action and the Green Transition / Aksi Iklim dan Transisi Hijau; Mobilizing for Justice / Mobilisasi untuk Keadilan; Intergenerational connections / Koneksi antargenerasi.

Melihat tema itu maka sebagai masyarakat beradat harus benar-benar melakukan beberapa hal, terutama memahami makna adat itu sendiri.

Adat terambil dari bahasa Arab. Menurut kamus Al-Mawrid bermakna habit, habitude, wont, use, custom, usage, practise, convention, consuetude; manners(s).

Kata adat seakar katanya dengan ‘aada yang bermakna kembali. Dapat diinterpretasi bahwa orang beradat adalah orang yang selalu kembali ke keadaan semula jadi atau kembali kepada awal firahnya. Artinya, orang beradat adalah orang yang kembali kepada asal kejadiannya yaitu kepada fitrahnya yang suci dan benar.

Secara terminologi, adat bermakna sebagai peraturan yang dilaksanakan (diamalkan) secara turun-temurun dalam sebuah masyarakat, hingga menjadi hukum dan peraturan yang harus dipatuhi.

Sementara istiadat adalah cara melakukan sesuatu yang diterima sebagai adat. Adat dan istiadat memiliki hubungan yang rapat, dan dipandang sebagai alat yang berupaya mengatur kehidupan masyarakat, yang tujuannya adalah untuk mencapai kesejahteraan dan kerukunan hidup. Adat-istiadat membentuk budaya, yang kemudian mengangkat martabat masyarakat yang mengamalkannya.

Sangat pentingnya adat ini dalam kehidupan orang Melayu sehingga muncul sebuah ungakapan yang amat mengena yaitu, kecik dikandung ibu, besar dikandung adat, mati dikandung tanah. Biar mati anak asal jangan mati adat. Mati anak luka sekampung, mati adat luka senegeri. Datuk laksmana berbaju besi, masuk hutan melanda-landa, hidup berdiri dengan saksi, adat berdiri dengan tanda.

Saking urgennya adat dalam kehidupan manusia sehingga kematian adat diperbandingkan dengan kematian anak. Bukankah kemalangan terbesar manusia dalam kehidupan adalah ketika kehilangan keturunan?

Dalam ungkapan Melayu di atas malah lebih berat kematian adat dibandingkan dengan kematian anak sendiri. Maksudnya, jika orang tak beradat maka ia tak akan beradab. Ketika itu terjadi, maka hidup manusia bagai kehidupan satwa di rimba. Jika itu terjadi artinya manusia sudah hilang ruhnya. Kalau pun hidup tentu bagai bangkai melata saja.

Dalam melakukan arah budayanya, orang Melayu memutuskan untuk menerapkan empat bidang (ragam) adat, yaitu: pertama, adat yang sebenar adat; kedua, adat yang diadatkan; ketiga, adat yang teradat, dan keempat, adat-istiadat.

Menurut Tenas Effendy, fungsi adat dalam kebudayaan Melayu adalah sebagai berikut.

Pertama, menjabarkan nilai-nilai dasar Islam. Tidak dapat dipungkiri bahwa adat Melayu pada hakekatnya adalah penjabaran nilai-nilai agama Islam, yang dianut masyarakatnya. Melalui adat dan kelembagaan adat inilah beragam nilai yang Islami dikembangkan, kemudian disebarkan ke tengah masyarakat. Nilai ini kemudian dijadikan identitas kemelayuan yang bersebati dengan Islam. Hal ini yang dikenal dengan ungkapan adat bersendi syarak, syarak bersendi kitabullah. Syarak mengata, adat memakai.

Kedua, menjadi identitas yang Islami. Adat Melayu yang berakar dari agama Islam ini kemudian menjadi identitas kemelayuan, sehingga tidak dapat dipisahkan dari semua aspek kehidupan mereka. Oleh karena itu seorang yang bukan beragama Islam kemudian menganut agama Islam, sejak dahulu disebut sebagai masuk Melayu. Sebaliknya jika seorang Melayu keluar dari agama Islam ia disebut dengan keluar dari Melayu, dan gugurlah hak-haknya sebagai orang Melayu, dan adat kemelayuannya.

Ketiga, menjadi perekat persebatian dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Fungsi utama institusi adat adalah sebagai perekat persebatian (integrasi) masyarakat dalam kehidupan sosialnya. Fungsi ini amat penting karena masyarakat Melayu dalam komunitas yang heterogen. Kemajemukan ini memerlukan simpai dan perekat yang dapat menyatukan masyarakat yang beragam itu dalam tatanan kehidupan yang aman dan damai, saling hormat-menghormati, saling bantu-membantu, dan lainnya.

“Tugas manusia adalah menghimpun sejumlah kenangan yang bisa disebut dengan manis pada masa mendatang,” tulis Milan Kundera dalam bukunya The Book of Laughter and Forgetting.

Ya, “Sebaik-baik manusia adalah yang banyak mendatangkan manfaat bagi manusia lainnya,” demikian sabda Nabi Muhammad Saw.

Hemat saya, itulah tugas kita. Ya, tugas kita sebagai masyarakat Riau semua pada hari ini dan esok-esoknya.

Selamat Milad Provinsi Riau ke-66, dan Hari Masyarakat Adat Dunia 2023. ***

Baca: Masih dari 3333

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews