Membaca Terapi Kamar Mandi, Membaca Tentang Penuh Segala… (3)

DALAM Kumpulan cerpen Terapi Kamar Mandi (TKM) ini terdapat beberapa cerpen yang kental bernuansa lokal Melayu, seperti cerpen Maut Anak Nelayan karya Afdiyanti, Nira karya Nurgayah, Wanita Penyadap Karet, karya Rio Rozalmi Putra, dan Perempuan yang Kupanggil Mak cerpen dari Ulfi Laili Astika.

Wanita Penyadap Karet bercerita tentang makna kesetiaan. ”….ketika kehilangan seseorang yang dicintai, kita harus belajar untuk tidak hidup tanpa mereka tetapi untuk hidup dengan cinta yang mereka tinggalkan.” Demikian tulis Rio Rozalmi Putra.

Cerpen ini menggambarkan watak dan tabiat perempuan Melayu pada jamaknya. Karakter yang membuat perempuan Melayu patut untuk dikagumi, dihargai dan dicintai.

Nama Siti Latipah sebagai tokoh tetap diulang dalam penyebutan berikutnya. Eloknya dalam redaksi selanjutnya hanya Tifah saja. Tetapi itu merupakan pilihan pengarang. Tentu sah saja. Namun boleh jadi kisah akan terasa longgar dan tidak diperlukan pembaca.

Cerpen-cerpen bernuansa lokal tersebut menarik. Hanya saja, diksi-diksi dan metafor lokal Melayu Riau yang disajikan pengarang-pengarang besar asal Riau, yang selama ini membuat khalayak sastra Indonesia dan dunia terkagum serta terpana, tak mampu dieksplorasi dengan baik oleh pengarang-pengarang dalam buku TKM ini. Ke depan, tugas dari para pengarang ini adalah mendalami dan menyelami nilai-nilai etika dan estetika Melayu amat diperlukan.

Perempuan yang Kupanggil Mak memuat pesan penting bahwa pendidikan merupakan investasi terbesar di dunia ini. Sekolah orientasinya bukan mendapatkan kerja setelah lulus sekolah atau kuliah tapi membuat manusia bermarwah, membuat manusia berkarakter. Sekolah berfungsi utama untuk menumbuhkembangkan potensi diri. Inilah pesan tersirat dari tokoh emak yang tidak mau anak perempuannya berhenti kuliah akibat himpitan ekonomi.

Racun karya Togov Rabara Deli merupakan cerita pendek yang diolah dengan simbol. Merah dapat bermakna indah namun juga dapat berarti bahaya. Cerita ini disajikan penulis yang membuat pembaca penasaran dan bertanya-tanya. Sebuah teknik pancingan yang cukup jitu agar si pembaca mengikuti jalan cerita hingga tuntas. Di sini penulis sukses mengayun, membuai si pembaca.

Prilaku sebagian pedagang digambarkan penulis di sini. Ini memang menjadi rahasia umum yang terjadi dalam kehidupan. Seolah tak ada dukun tak ada kesuksesan. Melalui ritual magic keberuntungan itu dicapai. Praktik ini tak dapat dipungkiri bahwa pada akhirnya kegemilangan yang diraih tersebut banyak yang menuai bencana.

Amanat kisah ini jelas, bahwa ingin sukses mesti kerja keras dan dilakukan dengan cara-cara yang benar, jangan menggunakan jasa paranormal atau pun dukun karena pada puncanya akan berbuah petaka.

Cerpen Lima Belas Ribu Lira karya Wahyu mampu menghipnotis pembaca dengan kisah cinta maya. Dalam keseharian fenomena ini selalu dijumpai. Perempuan selalu menjadi korban penipuan lelaki pujaannya. Seolah-olah mereka suka dengan lelaki yang suka berbohong dan suka ngibul. Lalu ia marah pada satu lelaki, pada kali yang lain ia percaya pada lelaki yang pada akhirnya juga menipunya. Tapi percayalah, tidak semua lelaki begitu. dan memang agaknya begitu.

Pada dasarnya karya sastra memang tidak untuk dimengerti sejelas-jelasnya oleh pembaca seperti sebuah artikel dan tulisan ilmiah lainnya namun pengarang perlu juga mempertimbangkan tingkat kepahaman pembaca tersebut. Beberapa petikan bahasa Turki dan Inggris dalam cerpen ini memang perlu terjemahan agar menambah serunya cerita yang hebat ini walaupun beberapa sudah ada terjemahannya.

(Bersambung)

Baca: Membaca Terapi Kamar ManfiManfi, Membaca Tentang Penuh Segala…(2)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews