Kering
siapa tumpahkan airmata di tanah kering sedang musim tak berubah rupa
di kelopak pilu mengalir darah
tak sewarna jiwa
bermuara jua
di mata
saat dedaunan meranggas jatuh tersipu di mata air keruh riak tak sewarna jiwa
ribuan sungai mencari tanya di mata
siapa tumpahkan airmata di rawa pesing sebab kemarau silaukan mata
di bawah matahari
tak sewarna jiwa
hanya ada lengking
ribuan sungai bermuara
di mata
siapa tebang batang sampai tumbang di rimba-rimba sedang kayu tak pulang
siapa buang biang limbah di samudera sedang ikan tak tenang
siapa keruk pasir di tebing sungai sedang arus tak sampai-sampai
jangan keringkan airmata sesiapa di rawa yang kering
sebab kemarau
kian nyaring
pb. 0206
Sungai
di manakah ujung sungai yang ngalir, Kekasih
di sisa mimpi terakhir rayap embun menyapu muka di manakah ujung sangsai tak pernah usai
di telapak tersirat garis bak sungai
di situ terbentang
menuju sepi
di mana-mana ada sungai yang ngalir di mana-mana beku
di mana-mana muara
tapi sungai tak ngalir
seperti nasib orang-orang di seberang itu
di manakah ujung sungai yang ngalir, Kekasih
mungkin di sisa mimpi terakhir
riau,850206
Perahu
perahukah itu kusapa dari awan
lambaian tangan
embun jatuh di buritan
riak kehidupan
merangkak melaju
menuju selatan
nasib berpacu
tak tahu bertuju
perahukah itu titik alit dikepung lautan
membelah riak tak bersorak
memacu gelombang tak bertepi sedayung. sudah
tak henti~henti
jmb.830206
Mata Kapak
mata kapak setajam kapak hati terbelah
orang-orang membelah hari
hidup singkat
diserbu ragu
dengan kapak orang-orang memburu matahari
ambil bara ambil api perih
bakar jiwa bertahun-tahun
mata kapak
siapa meng.asah kini
orang-orang membalut takut
di pusar diam
sejuta orang hari ini memanggul kapak
setajam lidah kata-kata
kapak hitam membelah malam
mata kapak tak pernah diam
pb. 860206
———————————-
Ir. Fakhrunnas MA Jabbar, M.I.Kom (lahir 18 Januari 1959) adalah sastrawan dan akademikus. Karya-karyanya berupa esei, cerita pendek, artikel dan puisi yang dipublikasikan pada sekitar seratus surat kabar/majalah di antaranya Horison, Panji Masyarakat, Sinar Harapan, Gadis, Pelita, Prioritas, Merdeka, dan Terbit. Selain itu juga terhimpun dalam sejumlah antologi. Tahun 2019, dia terpilih sebagai salah satu penyair yang diundang dalam Pertemuan Penyair Nusantara yang diikuti oleh para sastrawan enam negara Melayu serumpun; Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Indonesia, Thailand, dan Timor Leste. *
Baca: Puisi-puisi Karya Sastrawan Taufik Ismail