UIN Dipersimpangan Jalan (1)

Pemuda

JUDUL di atas, mengingatkan saya pada tulisan Johan Hendrik Meuleman yang berjudul “IAIN Dipersimpangan Jalan”, yang ditulis ketika masyarakat IAIN sedang berusaha melakukan Islamisasi Ilmu atau integrasi ilmu agama dan ilmu umum. Tulisan itu sendiri, termuat pada buku yang di susun oleh Prof. Munzir Hitami yang berjudul Rekonstruksi Ilmu di Alaf Baru; UIN Suska Riau Menuju Universitas Terkemuka di Asia Tenggara, diterbitkan oleh Suska Press tahun 2005.

Dalam tulisanya itu, Meuleman mengatakan bahwa IAIN saat itu sedang berada pada periode yang sangat menentukan dalam perkembangannya, namun di sisi lain, IAIN berada pada posisi bertemunya antara (1). Berbagai tradisi ilmiah; (2). Negara dan masyarakat sipil; dan (3). Ilmu pengetahuan, pendidikan agama, dan ilmu pengetahuan umum.

Menurut Meuleman, meskipun IAIN selalu merefer pada perguruan Tinggi di Timur Tengah, Universitas Cairo misalnya, namun demikian, IAIN tidak sepenuhnya mengikuti kurikulum yang ada di sana. IAIN justru telah mampu mengembangkan dan membangun sendiri Fakultas dan jurusan yang tidak ada di Universitas Cairo. Diantara argumentasi penting IAIN adalah ingin mempertahankan tradisi yang ada di Indonesia, karena Islam berkembang melalui berbagai corak, sesuai dengan konteks historis dan budaya yang berbeda-beda. Dasar ini lah yang kemudian, IAIN tidak mengikut secara buta dari perguruan-pergurian tinggi di Timur Tengah, yang nota bene dianggap sebagai “pusat” keislaman.

IAIN pada perjalanannya, justru menjadi garda terdepan dalam merespon persoalan-persoalan toleransi dan pengembangan harmoni antar umat beragama di Indonesia yang sangat heterogen, baik suku, bahasa, budaya, dan agama. Bahkan, isu-isu kontemporer lainnya, seperti relasi agama dan negara, isu demokrasi, isu hak azasi manusia, juga isu gender memenuhi diskusi-diskusi atau seminar-seminar di IAIN. Situasi ini, semakin menemukan momentumnya ketika banyak dosen IAIN yang kemudian belajar di Barat, di Canada, Australia, Amerika, Inggris, dan lainnya. Banyak, para peneliti dan dosen di IAIN semakin memiliki kemampuan dalam membedah Islam dengan berbagai pendekatan; sosial, politik, sejarah, dan lainnya.

Bertemunya kemampuan membaca tradisi Islam klasik dengan tradisi metodologis dari Barat, telah mampu melahirkan tafsir-tafsir Islam yang fenomenal dan kontraversial. IAIN berusaha mempertemukan berbagai tradisi ilmiah dalam mengkaji Islam (islamic studies). Tokoh-tokoh seperti Harun Nasution, Nurcholish Madjid, Amin Abdullah adalah di antara contoh penting dari rahim IAIN. Hampir sebagian besar masyarakat di Negeri ini, kemudian memandang IAIN telah mengembangkan kajian-kajian Islam yang tidak obyektif lagi, namun telah mengikuti arus pemikiran yang ada di Barat. Karena itu, IAIN sering “difitnah” seperti sudah terjadi “Pemurtadan di IAIN” dan seterusnya.

Label-label itu tidak serta merta meredupkan semangat kaum intelektual di IAIN untuk berhenti memikirkan persoalan-persoalan Islam hari ini. Bahkan lebih jauh lagi, mereka berusaha mencari solusi terkait dengan Islam dan hubungan dengan negara serta masyarakat sipil. Bahwa Islam dan demokrasi merupakan dua wilayah yang bisa dipertemukan dan disamakan, di antara pandangan penting yang terus-menerus dihidupkan oleh para tokoh IAIN ini. Juga riset-riset yang mengungkap relasi Agama dan Pancasila, telah banyak mengisi tema-tema penelitian di IAIN. Sebagaimana yang saya sebut di atas, IAIN pada akhirnya mencoba masuk pada isu-isu harmoni antar agama; toleransi, kebangsaan, nasionalisme, dan seterusnya.

Persoalan lain yang kemudian muncul di tengah dinamika IAIN tersebut, adalah bagaimana IAIN mampu mempertemukan antara Ilmu Agama atau pendidikan Agama yang selama ini telah “diproduksi” oleh IAIN dan jaringannya (Pesantren, MAN/Madrasah Aliyah), dengan Ilmu Pengetahuan Umum atau pendidikan Umum (SMA/SMK) serta isu-isu tentang ilmu pengetahuan (Sains dan Humaniora)? ***

Baca : Ketika Populisme Berwajah Agama

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *