Polisi Filipina Itupun Nyengir

potong kaki

LAMANRIAU.COM – Tahun 1986. People Power. Seantaro Filipina bergejolak. Aksi massa merebak di mana-mana. Sangat berlama-lama.

Suasana sangat mencekam. Polisi pun berjaga siang dan malam. Tidak kenal jam. Sebagian besarnya wajahnya sudah sampai kusut masam. Senjata senantiasa siaga digenggam. Setiap saat bisa saja: bamm!.

Payah senyum. Apatah lagi tertawa riang.

Peristiwa ini dipicu terbunuhnya tokoh opisisi Aquino. Tertembak di bandara Manila ketika pulang kampung dari pengungsiannya. Ditambah pula geram lama yang terpendam. Marcos sang penguasa bertindak melebihi tabiat perangai banyak reraja gila kuasa. “Permaisuri”-nya pun sibuk minumbun harta. Mengoleksi beragam permata, sepatu sampai berbagai merk tas yang paling mahal di dunia.

Lamanya unjuk rasa bisa saja membuat polisi Filipina mungkin bosan dan geram. Tetapi para pengunjuk yang tidak beranjak dari tempat mereka melakukan aksinya punya cara yang jeli untuk menghibur diri sekaligus menyampaikan informasi, yang menggelitik hati.

Baca : Musa Tetap Lahir Membesar dalam Pelukan Istri Fir’aun

Entah dari mana dapatnya. Ketika massa jeda berorasi. Masing-masing melemaskan urat syaraf di siang hari, di lapangan aksi, operator IT pengunjuk rasa alih-alih memutar kaset. Spesial sekali. Isinya suara “garau” seorang perempuan berceloteh tentang koleksi hartanya. Ya, yang itu tadi, permata, sepatu dan tas. Barang-barangnya ini, sepertinya  semuanya macam bisa bicara. Lebih pintar dari beo. Inilah yang mengundang gelak tawa.

Para pengunjuk rasa pun terpingkal-pingkal mendengarnya. Anak-anak bujang terkikik-kikik sambil bersuit-suit. Bapak-bapak terkekeh-kekeh. Emak-emak pun ikut “terkekel-kekel”, geli.

Para polisi Filipina yang beringas yang berjaga-jaga itu bagaimana..? Apatah mereka tetap masam dan sangar mendengar celotehan di siang hari itu..?

Hahaha. Tidak, Men.. Ternyata banyak juga yang tersenyum simpul. Tersenging. Yang lainnya ada pula yang nyengir-nyengir.

Bukan main. Suara perempuan dalam kaset itu, dalam seketika dalam saat yang sama, bisa menghibur sekaligus orang-orang yang berada dalam posisi yang berseberangan. Massa dan polisi yang berjaga-jaga. Masing-masing ikut tersenyum-senyum. Masing-masing tergelak tawa. Ada pula yang nyengar-nyengir. Macam kuda.

Suara siapa yang menggelikan hati itu? Hmm..! Ternyata suara istri sang “raja”, Emalda Marcos. Ibu negara Filipina.

Dalam seketika kepoulerannya mengalahkan semua artis se-Asia Tenggara. Malah mungkin pula sedunia. Padahal, dia, cuma berceloteh tentang sepatu, tas mahal dan permata. Tanpa perlu iringan peralatan musik. Tidak perlu masuk dapur rekaman. Pun tidak perlu panggung pentas raksasa.

Polisi Filipina tampaknya pandai menikmati hiburan. Mereka juga paham, hiburan itu melembuatkan tabiat yang sangar jadi lembut lunak.

Macam mana polisi Cina di Uyghur? Polisi Israel di Palestina? Mereka mungkin tidak sempat mendengar kaset yang menghibur semerdu suara Emelda Marcos. Apatah lagi “hiburan yang haq”. Irama kebenaran. Senandung penolak bala kebatilan. Sebelum sempat menghibur, sebelum mengajak berbuat kebaikan sudah stop dulu. Sudah dirusak dulu. Sudah dirobohkan dulu. Begitulah nasib banyak masjid yang senantiasa kumandangkan azan di dua kawasan itu.

Bicara polisi Filipina yang terhibur ini teringat pula mantan polisi yang sempat jadi artis, Norman Komaru. Dia suka berhibur dengan lagu India.

Akan tetapi, memang. Polisi yang paling menghibur itu memang polisi India. Walaupun mereka main pelasah saja. Main pelupuh saja. Lepuk-lepak. Lebuk-lebam dibuatnya korban. Tetap saja sangat menghibur.

Tetapi itu di film saja.***

Pekanbaru, 14 Oktober 2020

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *