Naga – Gajah Bertelagah

potong kaki

* naga dengan gajah bertelagah
pelanduk semaput di tengah-tengah *

LAMANRIAU.COM – Cina sekarang betul-betul dikepung. D-ikepung dengan ancaman perang besar dan pengebirian ekonomi, selain dikepung corona dari ulah mereka sendiri. Akankah ini membuat negara Tirai Bambu itu akan berkecai, tercerai-berai, mengikuti jejak Uni Soviet?

Baca : Polisi Filipina Itupun Nyengir

Cina dalam ancaman perang Amerika dan kecaman dunia karena Covid-19. Negara Tirai Bambu ini dtengarai sengaja telah memproduksi virus ini. Dengan kecerobohannya pula sehingga membuat dunia heboh dalam segala bidang menjadi lumpuh.

Covid-19 ini pulalah menjadi pintu masuk atas kegeraman AS atas banyak hal yang merugikan negara itu selama ini. Terutama dalam hal perang dagang, klaim zona teritorial negara secara sepihak, sampai politik jebak utang Cina kepada negara-negara lemah yang kemaruk hendak lekas maju. Besar pasak dari tiang. Besar syahwat dari batang.

Untuk itu Amerika bukan saja melancarkan ancaman perang dengan mengirimkan kapal-kapal berpeluru kendali atau berhulu ledak yang dahsyat ke Laut Champa (nama asal Laut Natuna. Nama Laut Cina Selatan itu d-iberi secara sepihak oleh Cina), tetapi juga sedang menggodok RUU untuk menghukum Cina sekeras-kerasnya.

Amerika belum merasa cukup dengan perang di kawasan Laut Champa. Dampaknya sangat kecil bagi mereka. Mungkin lebih banyak menguntungkan kawasan ASEAN yang mau dicaplok Cina dibanding yang didapat Amerika. Amerika ingin punya dampak yang luas dan permanen.

Kalaulah betul-betul terjadi perang semoga tidak perlu lagi ada Gorbachev lain yang melahirkan glasnott dulu di Cina untuk negera ini bercerai-berai menjadi beberapa negara baru, seperti Uni Soviet dulu.

Amerika – dulu – menghancur-leburkan calon penguasa dunia baru dengan cara begini. Berawal dari Perang Lokal berujung pada Dunia jilid I dan II. Pada Uni Soviet mereka cuma perlu Perang Dingin yang meledak di dalam. Macam api dalam sekam. Macam bara dalam gambut. D iam-diam melarat. Berakhir sekarat.

Posisi Indonesia di mana jika terjadi perang? Yang terjepit. Apatah lagi perang itu berkecamuk di laman Laut Natuna. Naga dengan gajah bertelegah, pelanduk semaput di tengah-tengah.

Masih menyebut sebagai negara politik luar negeri bebas aktif – tidak berpihak ke mana-mana, tetapi nyatanya berlutut pada Cina. Ketika mati ketakutan pada Cina yang suka main libas, klaim sana klain sini, d iam-diam tersungkur pula depan hidung Amerika. Menyilakan Paman Sam lakukan pengobaran minyak di Laut Natuna. Jatah serupa sudah pula diberikan kepada Rusia. Asal saja mereka berkenan ikut jaga halaman muka negara dari tangkupan naga.

Sebelum ini, bahkan terasa masih, negeri ini lebih condong ke Cina. Tersebab dalam periode-periode terakhir ini memang menetek utang pada Cina. Kalau negeri ini bergabung atau ikut memberi dukungan pada Cina dalam pertikaian besar ini, maka remuklah Indonesia yang memang sudah rapuh dalam segala bidang. Mulai sumber dayanya sampai manajemen pengelolaan negaranya. Bayangan berkecai-kecai seperti Yugoslavia pun sudah bersigau di depan mata.

Kalau tidak cepat ambil alih kemudi. Kelokkan haluan berlayar sehala dengan yang berbaik hati, besar kemungkinan badai besar perang sekalipun tidak sampai akan membuat kapal ini pecah berkecai walaupun isi lambung sudah banyak terburai.***

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *