Ngah Long Ustadz

nama

NGAH Long Ustadz adalah orang biasa dengan sebutan, boleh jadi agak kurang biasa. Yang menjadi tak biasa, ada yang menyebutnya luar biasa karena kata ustadz mengekor di belakang namanya. Ngah Long hanya panggilan. Mereka, dua beradik: Ngah Long dan Long Usu.

Istilah Ngah, anak kedua, pertengahan. Sementara, Long, anak sulong, pertama. Herannya, Ngah Long, mengapa tidak Long Ngah. Itulah uniknya. Ayah Ngah Long, anak kedua. Ibunya pula anak pertama. Kebiasaan di kampung juga adat selalunya mendahulukan kaum lelaki, ayah. Tak heran, panggilannya menjadi Ngah Long.

Aku, Ngah Long, dan Long Usu duduk di kampung Derian, negeri Kolam Susu. Sudah lima tahun, kami: Aku, dan Long Usu, tak pulang kampung. Sementara, Ngah Long, tetap tinggal di kampung.

Sebelum kami pulang, di kampung terdapat perkembangan terbaru (terkini juga teranyar). Ngah Long sudah mendapat gelar atau sebutan ustadz. Jujur, aku dan Long Usu, tak tahu sebelumnya ustadz ini gelar, panggilan seseorang, atau sebuah profesi.

Menengok di kampung negeri seberang, biasanya seorang ustadz adalah guru mengaji. Hanya mengaji atau memberikan ceramah, tidak lain. Lain pula di negeri Kolam Susu, ustadz adalah gelar terhormat. Kata orang kampung kami, selain gelar terhormat, profesinya tiga dalam satu, three in One. Penceramah guru ngaji, orang pintar sekaligus penasihat spritual.

Dalam hati, jujur aku dan Ngah Usu selalu tertanya-tanya. Pertanyaan terus-menerus berkecamuk: mengapa “orang pintar” disamakan dengan penceramah guru ngaji? Kalau di negeri seberang, orang pintar bersinggungan dengan hal-hal yang berbau mistis. Berbau klenis, terkadang di luar nalar. Maklum bermain di alam astral, ghaib. Maaf, sambil bergurau, tidak jarang kami menyebutnya alam bawah sadar. Istilah krennya, subconsciousness. “Jangan sampai alam tak sadar-sadar”, celetuk Long Usu.

Sebagai orang pintar, baru-baru ini, menjelang pemilihan ketua rukun warga negeri (rwn) yang dilaksanakan langsung serentak (usung-retak), 1 atau 2 hari lagi kalau tak salah, Ngah Long menjadi penasihat spiritual salah seorang calon. Sebenarnya, sebagai tokoh masyarakat, seharusnya Ngah Long berhati-hati menerima tawaran, walaupun tidak ikut langsung dalam pertarungan (pemilihan rwn maksudnya).

Bukan apa-apa, resah kami (aku dan Long Usu), Ngah Long sudah bergelar Ustadz. Apalagi lawan dari yang didukung Ngah Long adalah tokoh masyarakat pemilik lembaga survei sekaligus konsultan politik. Terus gelab untuk tidak mengatakan terus terang, aku dan Long Usu sangat khawatir. Menurut kami, posisi Ngah Long dalam kondisi “berbahaya”. Ngah Long salah dukung seseorang. Walapun kawan dekat, dapat dipercaya, dan hanya sekelas perebutan jabatan RWN, semuanya kan pasti ada unsur politiknya. Ngah Long, tidak berpikir logis. Tidak tahu, siapa dibelakamg pesaing orang yang didukungnya tersebut.

Hati kami semakin galau manakala setelah dapat informasi, calon pesaing adalah seorang incumben yang juga mempunyai banyak kerabat para pejabat di tingkat golo-golo (kalau di negeri seberang disebut kecamatan). Ada pula pejabat setingkat pronsi (di negeri seberang dikenal dengan istilah kelurahan). Yang tak kalah hebohnya, calon lawan didukung kekuatan dinasti (sokongan dari keluarga yang mempunyai kekuasaan).

Sejauh yang aku tahu, landasan konstitusional negeri Kolam Susu ini tidak melarang hubungan ke-dinasti-an. Politik Dinasti yang mempertahankan, meneruskan atau mengganti penguasa kepada anak, cucu, cicit dengan cara demokrasi bukan persoalan. Begitu pun Dinasti Politik yang hanya memberikan hak kepada anak, cucu, dan cicitnya sebagai penguasa berdasarkan garis keturunan, seperti era kerajaan, juga bukan masalahnya.

Setelah kami mernung-bijak bak seoarang filosof menghasilkan kesimpulan penting, Ngah Long tidak bersalah. Ngah Long tidak perlu khawatir. Ngah Long tidak perlu dengar kata-kata orang, terutama yang menolak sikapnya. Mendukung adalah hak asasi Ngah Long. Apalagi niatnya baik. Konon khabaranya, Ngah Long hanya ingin memutus mata rantai politik dinasti. Sungguh mulia niatnya.

Pada pertemuan keluarga besar, agar gelar Ustadz Ngah Long, tidak tercermari oleh kekuataan jahat, rapat keluarga memutuskan bahwa upaya Ngah Long menjadi pensihat spiritual harus dilandasi dua hal utama mulia. Pertama, sebagai bagian nasihat-menasihati tentang kebenaran. Kedua, nasihat-menasehati tentang kesabaran.

Pertama, menasehati dalam kebenaran. Upaya ini tentu saja dilandasi dengan berakhlaq hanya kepada Allah. Esensinya dengan bertauhid [satu tuhan, tidak mempersonifikasi dengan pagan, benda apalagi materi], tidak mendua, mentiga atau meniadakan-Nya. Dalam hubungan ini Ngah Long wajib menyampaikan bahwa calon yang didukung jangan “berimankan” rente jabatan, modal cepat, pemburu utang, fanatik investor, misalnya. Sehingga prilaku (karakter) model ini hanya memupuk ubud dunia yang bertendensi “mentuhankan para investor, pemodal, cukong, dan para pendukung yang serakah.

Kedua, menasehati dalam kesabaran. Sabar dalam hubungan kekinian untuk saling menasehati antara ulama dan penyelenggaran pemerintahan negeri utanya kampong Derian, keberadaan ketauladanan menjadi variabel yang menentukan. Nasihat jika Rasulullah adalah sebagai tauladan yang baik perlu disampaikan. Oleh karena ketauladanan menjadi penting di tengah-tengah prilaku kekinian ketika watak hedonisme (ubud dunia) sedang merajalela.

Keluarga meyakini jika Ngah Long berperan strategis sebagai penasihat spritual. Sehingga keluarga berharap, berpesan dan mendoakan selamat kepada Ngah Long Ustadz. Tetaplah menjadi ustadz yang istiqomah. Menurut keluarga, kalah menang, bukan hal utama mustahak. Saling menasihati untuk kebenaran serta menasihati untuk kesabaran itulah yang mustahak utamanya.

“Adat dunia wajib diingat
berlomba kebaikan fastabiqul khairat
politik dinasti tak mengubah kiblat
karena ngah long menjadi penasihat

Jangan membantu dalam keburukan
karena berujung pada penyesalan
mari menashati untuk kebenaran
agar umat menjaga kesabaran”

Wallahualam bissawab. ***

Baca : Seloroh, Olok-Olok Iye

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *