Teror – i – Sampah Madani

Hang Tuah

Sampah Kota Madani:

sudah lama bertimbun-timbun
sudah lama menggunung-gunung
sudah lama pula menyengat maung

seperti dipelihara
seperti dirawat dijaga
macam dibudidaya juga

kenapa tetiba saja
warga kota baru meraung?
para pejabat baru bingung?

Menyampah!

Hahaha. Dalam seketika isu sampah tular (istilah orang Malaysia; orang di sini menyebut: viral). Sangat tidak biasa. Isu sampah berpacu dengan isu Covid-19, yang tengah melonjak-lonjak – macam sangat kegirangan – karena saban hari berhasil menambah korban dengan jumlah yang sangat signifikan. Sampai dokter Amerika pun terheran-heran. Menyebut kasus Covid-19 di negeri ini paling tidak terkendali (suara.com, 5/1/2021).

Tentulah ini sangat “menakjubkan” !

Sampah bertimbun-timbun di mana-mana. Mulai di muka masuk pintu pasar Arengka sampai di berbagai tempat penjuru kota. Ada yang lama, tidak kurang pula tempat pembuangan baru muncul di sini sana. Salah satunya di atas aspal Jalan Gulama.

Seantaro kota jadi gaduh.
Kota betul-betul terasa kumuh.
Wajah warganya pun tampak keruh.

Saat begini di mana nahkoda berlabuh?

Hanyut dibawa banjir bandang
oleh hujan panjang? atau, tertimbun
dalam gundukan sampah menjulang?

Kota seperti tiada pengelola. Daerah seperti tiada pengarah. Pos-pos seperti tiada pengurus. Bandar seperti tidak berpakar. Warga kota pun seperti dianggap tanpa mata. Tanpa hidung. Tanpa mulut. Tanpa panca indra lainnya. Sepenuhnya, tidak perlu menjaga kesihatan mereka. Padahal sekarang di tengah kecamuk musim Covid-19 pula.

Corona? Apa pula hubungannya?

Tumpukan sampah itu bukan tidak mungkin ada limbah media Covid-19-nya juga. Begitu diingatkan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI. Sampah medis selama pandemi Covid-19 ini tidak hanya dihasilkan dari rumah sakit atau Puskesmas saja, tetapi juga dari klinik-klinik, unit transfusi dan apotek serta rumah tangga (Kps, 27/4/2020).

Nah! Dalam sampah yang menggunung itu bisa saja terdapat sampah medis Covid-19 juga yang bercampur aduk dengan sampah lainnya. Masker, sarung tangan dan sebagainya. KLHK menilai ini berbahaya dan berpotensi menjadi sumber penyakit baru.

Media peduli lingkungan greenaration.org (2020) pun sangat mencemaskan ini. Di masa pandemi, menurut media itu, kondisi tersebut tentunya menjadi semakin parah. Bukan hanya limbah medis di fasilitas kesehatan yang semakin meningkat, tapi kini limbah infeksius juga dapat diproduksi dari limbah domestik karena meningkatnya penggunaan APD serta penggunaan alat tes antibodi oleh masyarakat umum.

Akibatnya, salah satu masalah persampahan yang dihadapi sekarang adalah bercampurnya limbah infeksius dengan limbah domestik di tempat pembuangan sehingga mengancam keselamatan para pemulung dan petugas persampahan. (Siti Aisyah Novitri, greenaration.org, 2020).

Jadi, masih ingin “tetap merawat”
penyakit yang “dibudidaya” di gunung sampah?

Apa pasal sampah meneror Kota Madani?

Kabar yang tersiar, konon terjadinya horor sampah Kota Madani karena kontrak pihak ketiga sebagai pengelola sampah dengan Datuk Bandar sudah habis. 2020 tutup buku. Sehingga pengangkutan sampah cukup sampai di situ.

Apa betul cuma satu musabab? Faktanya sampah yang bertimbun-timbun bukan tetiba saja menggunung di mana-mana di pergantian tahun kan? Cuma sebagian warga kota saja yang terkejut, kok pergantian tahun alih-alih menapak di pendakian Gunung Sampah Madani yang menjulang.

Datuk Mardianto Manan (MM, 8/1/2021)) pun bergumam:

Kalau melihat ada MT di belakang nama Datuk Bandar – “Sama dengan saya, MT juga,” hujahnya, tidak mungkin Datuk Bandar tidak paham mengelola dan mengolah sampah kota. Padahal ini kerja rutinitas Pemko saban tahun. Tetapi kok kasus sampah menggunung berulang terus? “Keledai saja tak mau masuk lobang yang sama dua kali, masak Firdaus Ayat mau seh..?”

“Kejadian ini sengaja diciptakan dengan pembiaran.”

Begitu cakap pengamat perkotaan ini di status FB-nya (MM, 8/1/2021). Kok bisa? “Itu jika saya melihat kapabilitas dan kemampuan Bung Firdaus ya? Seorang Doktor dan Mantan Kepala PU dan dua periode lagi jadi wali kota, ditambahkan lagi sosok Ayat yang sudah dua periode juga kelola sampah ini.”

“Kalau begini sama dengan bongak city alias kota stupid city, maaf pak woli, abbis deiyen la goliiiii haha..” (MM, 2021)

0h, sebegitunya. Hahaha…

Kalau mau percaya,

percaya sajalah sampah-sampah ini
menimbun-gunungkan dengan sendiri.
Nanti akan mengangkut dirinya sendiri.

Seperti bandar ini juga, terbentuk sendiri
kehendak alami, lalu mengikuti arus
nasib dirinya sendiri.

Tak perlu perencanaan rinci.
Nanti bisa saja menjebak
repotkan urat sendi.

“Melodi” tumpukan sampah dengan
pandemi, horor teroris ngilu
takdir bandarku,

Hari-hari ini.***

Kota Madani, awal 2021

Baca : Memaksimalkan Ketololan

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *