Bersiap di Syakban

Ramadhan dan Kedamaian

MENURUT hitungan kalender, hari ini sudah 12 Sya’ban/Syakban. Artinya tinggal beberapa pekan lagi akan masuk bulan Ramadhan. Pada bulan ini ada doa yang selalu dilantunkan Rasulullah Saw dan kaum muslimin, yaitu: Allahumma barik lana fi Rajaba wa Sya’ban, wa ballighna Ramadhan. (Ya Allah, berkatilah kami pada bulan Rajab dan Syakban, dan sampaikan umur kami pada bulan Ramadhan).

Kenapa Rasulullah selalu mengucapkan doa tersebut? Zalika syahrun yaghfulu al-nasa ‘anhu baina rajaba wa ramadhan. (Karena pada bulan itu manusia lalai memperhatikannya. Bulan tersebut adalah yang berada di antara Rajab dan Ramadhan).

Bulan Ramadhan diperhatikan dan dimuliakan manusia karena pada saat itu ada sebuah bonus istimewa dari Allah Swt. yaitu diturunkan Lailat al-Qadar. Mukmin yang beribadah pada saat itu sama dengan beribadah selama seribu bulan, bahkan lebih daripada itu. Rajab diagungkan karena bulan tersebut termasuk syahr al-haram (bulan mulia), pada bulan tersebut turunnya perintah shalat wajib setelah Rasulullah Saw. melakukan rihlah akbar Isra dan Mikraj. Sementara bulan Syakban dimuliakan, karena Rasulullah Saw. bersabda, “Wa huwa syahrun turfa’u fiihi al-a’malu, wa uhibbu an yurfa’a ‘amali wa ‘amali shaim”. (Pada bulan itu diangkat amalan, dan aku mencintai Allah Swt mengangkat amalanku dan amal orang yang berpuasa).

“Sesungguhnya Allah memperhatikan malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluk-Nya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan. ”Pada saat itu semua dosa hamba yang beribadah diampuni kecuali;fayaghfiru lijami’i khalqihi illa limusyrikin wa musyahin. (Semua dosa diampuni kecuali dosa musyrik dan dosa orang yang tidak mau berdamai dengan orang lain).

Ada beberapa persiapan yang sejatinya dilakukan hamba pada Syakban demi menyambut kedatangan Ramadhan. Di antaranya: pertama melakukan muhasabah (perenungan diri). Seorang mukmin yang baik hendaknya menyediakan suatu waktu di mana ia menyendiri (berkontemplasi); mengaji diri; siapa dia; dari mana ia berasal; sedang di mana kini; dan akan kemana nanti. Kalau ia seorang hamba Allah, sudahkah semua kehendak Allah dilakukan dalam hidupnya selama ini. Jangan-jangan ia telah berubah menjadi hamba dunia, hamba nafsu, hamba setan, hamba harta, budak jabatan, budak atasan atau hamba istri dan anaknya. Jika itu terjadi, menyesallah.

Kedua, lakukan taubat nasuha. Sesali kekhilafan, kesali dan tangisi kesalahan dan semua dosa yang pernah dilakukan. Setelah itu ucapkan banyak-banyak kalimat istighfar (Astaghfirullah a-‘ aziem). Rasulullah Saw. saja yang bebas dari dosa (al-ma’shum) melakukan istighfar 100 kali sehari semalam, maka sebagai umatnya, tentulah dituntut lebih banyak lagi. Setelah itu, bertekadlah dalam hati untuk tidak mengulangi lagi kesalahan tersebut.

Taubat atau tawbah (bahasa Arab) itu terdiri dari huruf T, W, B, H (ta marbuthah). Menurut beberapa ulama, T itu merupakan tarku ‘an al-mukhalafat (meninggalkan semua kesalahan) wa al-nadmu min al-zunubi (menyesali semua kesalahan yang telah dilakukan). W: wushulu ila tha’atillah (melakukan ketaatan kepada Allah). B: barakatillah (mendapat berkah Allah). H: Hidayatullah. (menuai hidayah Allah). Artinya, orang taubat adalah orang yang berusaha meninggalkan kebiasaan buruknya, menyesali perangai tak baik yang pernah dilakukannya, kemudian ia pun melakukan ketaatan kepada perintah Allah dan rasul-Nya. Selanjutnya ia akan menerima berkah Allah dan mendapat hidayah-Nya.

Ketiga, perbaiki hubungan dengan sesama manusia. Islam ini intinya adalah agama yang mendorong umat manusia hidup rukun dan damai dalam kebersamaan. Pada bulan Syakban jangan ragu minta maaf dan memaafkan kepada orang tua, tetangga, karib kerabat, sanak saudara, handai taulan, bawahan dan atasan. Jalin silaturrahim dengan sesama manusia. “La yadkhul al-jannah qathi’u al- rahmi wa jaru al- su,i”. (Tidak masuk syurga manusia yang memutuskan tali silaturrahim dan tetangga yang jahat). Dalam tradisi Melayu, terjadi jenguk menjenguk sanak keluarga di bulan Syakban, biasanya usai melaksanakan petang megang di petang terakhir Syakban, sebelum melakukan ibadah puasa. Yang muda mengunjungi rumah yang tua, sang adik bertamu ke rumah kakak atau abangnya, hamba rakyat bersilaturrahim ke rumah para tetua adat, tokoh agama, dan peneraju lembaga pemerintahan. Memutihkan hati demi menyambut bulan putih (Ramadhan). Ini merupakan implementasi orang Melayu dalam memahami hadits di atas.

Keempat, bagi yang kurang sehat fisiknya, di pengujung Syakban mengurangi aktivitas berlebihan, agar ketika masa Ramadhan tiba, ia mampu melakukan puasa di siang hari dan kuasa mendirikan shalat tarawih serta ibadah lainnya ketika malam.

Kelima, mempersiapkan Alquran. Sebagai kitab suci umat Islam, sejatinya muslim memiliki Alquran baru setiap tahunnya. Kaum muslim biasanya akan membeli baju baru, mengecat rumahnya dengan warna baru, kalau perlu membeli mobil baru di penghujung Ramadhan, tapi sebagian mereka lupa pada Alquran dengan corak dan kelengkapan baru yang lebih sempurna. Lebih baiknya, Alquran baru tersebut ada petunjuk membacanya, baik dari segi tajwid, seni maupun makna dan tafsirannya. Bagaimana Alquran jadi pedoman dan petunjuk kehidupan, sementara isi kandungannya tidak diketahui dan dipahami. Jika merasa kesulitan membawa Alquran besar, maka Alquran digital menjadi solusi terbaik. Isilah handphone dan gadget dengan versi Alquran dari berbagai ragam seni bacaan dan tafsirannya yang diakui ijmak ulama. Yang terpenting lagi adalah bagaimana memperbaharui tersus menerus pengalaman nilai Alquran dalam kehidupan ini.

Keenam, mengqadha puasa yang luput di tahun lalu. “Man mata wa ‘alaihi shiyamun, shama ‘anhu waliyyuhu.” (Orang yang telah meninggal dunia dan ia punya utang puasa, maka keluarganya yang membayarnya). Jadi, bagi yang belum mengqadha puasa yang tidak dilaksanakan pada Ramadhan lalu, maka pada bulan Syakban ini merupakan masa tersisa untuk membayar utang tersebut karena itu merupakan utang kepada Allah. Jika itu tak dibayar, dan ia meninggal dunia, maka utang itu dibebankan kepada ahli warisnya.

Ketujuh, mengetahui seluk beluk Ramadhan. Memiliki buku atau kitab tentang Ramadhan merupakan hal yang mustahak dilakukan. Mengetahui apa itu puasa, apa amalan utama serta pantang larang yang dilakukan selama Ramadhan. Mulai metode zikir, cara bertarawih yang baik dan benar serta mengetahui pentingnya sahur serta amalan-amalan sunat lainnya.

Kedelapan, mempersiapkan logistik berlebih sebagai stok selama Ramadhan. Persiapan lebih ini bukan hanya untuk pribadi dan keluarga tapi untuk dibagi bersama saudara seiman dan se-iktikad selama bulan Ramadhan. Berbagi perbukaan puasa saja demikian besar ganjarannya apalagi membantu biaya kehidupan yang lebih besar. “Man fatthara shaiman kana lahu mistlu ajrihi.” (Orang yang memberi perbukaan bagi yang puasa, ganjarannya sama dengan orang yang puasa tersebut).

Sembilan, sebagai seorang muslim-mukmin yang jati, kaum muslim mulai saat Syakban ini sejatinya telah melakukan survey kecil-kecilan bagi saudara dan tetangganya yang memerlukan bantuan. Ia jenguk kaum miskin di kampung kumuh dan panti jompo, ia tengok saudara sesama muslim di rumah sakit, melakukan ziarah ke pusara ayah-bunda dan sanak keluarga yang telah berpulang ke rahmatullah. Dengan melakukan itu semua, hati menjadi peka, menjadi lembut (lathif dan hanif), sehingga ia pun mulai mengulurkan pertolongan. Ketika nanti Ramadhan tiba, uluran bantuan tersebut pun makin berlimpah sehingga jadilah ia sebagai mukmin yang insan al-kamil, manusia yang memperoleh award berupa muttaqin. Kehadirannya dinantikan, kepergiannya ditangiskan. Di dunia bahagia, balik ke alam baka dalam naungan ridha Allah Swt.

Wallahu ‘alam. ***

Baca : Shalat dan Kehidupan

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *