… dan Perahu pun Berlayar

Terapi Kamar Mandi

HAMZAH Fansuri merupakan ulama sekaligus penyair dari Fansur Aceh, keturunan Persia yang berkelana di beberapa negara di masa lalu. Tiada kata pasti yang menetapkan kapan lahir dan wafatnya. Jasadnya satu akan tetapi makamnya dipercaya orang berada di banyak tempat.

Akan tetapi menurut beberapa sumber, ia hidup pada masa pemerintahan Sultan Alaiddin Riayatsyah IV (997 H – 1011 H) sampai ke masa permulaan pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1016 H -1045 H).

Semasa hidupnya, Hamzah Fansuri menghasilkan berbagai karya tulis tentang tasawuf yang ditulis dalam bentuk karya sastra, baik jenis prosa maupun puisi. Di antaranya kitab Syarb al-‘Asyiqin (Minuman Para Pencinta). Terdiri dari tujuh bab. Kedua, Asrar al-‘Arifin (Rahasia Orang-orang Arif). Ketiga Al-Muntahi yang berisi tentang alam semesta sebagai tajallinya Allah Swt, tentang ma’rifat dan ahli ma’rifat dalam memahami alam semesta, serta bagaimana cara bersuluk  untuk kembali kepada Allah Swt.

Hamzah Fansuri merupakan seorang pengelana dunia, pengembara ruhani dalam rangka mengisi kehausan spritual. Kabarnya ia menguasai berbagai bahasa, seperti Arab, Persia, Urdu dan bahasa lainnya. Hasilnya, dalam beberapa karyanya, terutama syair, ungkapan pengalaman dunia spritualnya menggunakan bahasa-bahasa dunia. Dalam satu bait syair saja, terkadang termaktub beberapa kosa kata yang berbeda, misalnya Melayu, Arab, Persia dan lainnya. Di antara muridnya adalah Syamsuddin as-Sumatrani.

Hamzah Fansuri merupakan Jalaluddin Rumi-nya nusantara, dan merupakan pujangga Melayu terbesar dalam abad XVII. Demikian menurut Syed Muhammad Naquib Al-Attas yang dapat disebut sebagai ahli Hamzah Fansuri karena disertasinya berjudul “The Mistycisme of Hamzah Fansuri”.

Di antara syair Hamzah Fansuri yang paling terkenal adalah “Syair Perahu”. Berikut beberapa bait syair tersebut.

Wahai muda kenali dirimu/ ialah perahu tamsil tubuhmu/ tiadalah berapa lama hidupmu/ ke akhirat jua kekal diammu.

Siapa yang mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya. Man ‘arafa nafsahu faqad ‘arafa Rabbahu. Siapa yang mengenal dirinya yang tiada berdaya upaya dan bukan siapa-siapa maka ia akan mengenal Tuhannya yang Maha Mencipta, Maha Kuasa, Maha Berkehendak, Maha Mengetahui, dan Maha-maha lainnya.

Semua manusia mesti mengenali dirinya. Siapa dia, di mana kini, dan kemana suatu hari nanti. Manusia tempatnya dhaif dan papa, tempatnya salah dan lupa. Manusia bukan siapa-siapa. Hamba yang fakir, miskin, gharib lagi uryani. Ia diciptakan Tuhannya dalam keadaan tidak memiliki apa-apa. Hanya Tuhannya lah yang Maha Pemurah dan Penyayang sehingga manusia dapat menjadi khalifah. Perumpamaan manusia adalah perahu. Perahu merupakan suatu alat atau media yang digunakan ketika mengarungi gelombang apakah di sungai atau pun di laut yang luas dan dalam. Setiap saat perahu mendapat tantangan dan terjangan ombak, badai dan batu karang. Untuk itu selalu siaga dan persiapkan diri. Jangan lengah dan lalai. Sebagai perahu yang menunggang gelombang, yang melayari samudera luas, seberapa jauh melanglang, suatu saat tentulah akan menuju suatu tempat. Artinya, ia berkelana dalam ancaman tenggelam, karam dan hilang tidaklah selamanya. Semua bersifat sementara. Untuk itu pergunakan sesuatu yang sementara sebelum sampai ke tujuan yang hakiki, yaitu akhirat kampung yang abadi. Surga namanya negeri.

Hai muda arif budiman/ hasilkan kemudi dengan pedoman/ alat perahumu jua kerjakan/ itulah jalan membetuli insan.

Karena manusia ditamsilkan atau diumpamakan dengan perahu, maka menjadi manusia mestilah mempersiapkan alat kelengkapan pelayaran, di antaranya pedoman, kompas dan kemudi agar selamat dalam pengarungan, agar tidak tersesat dan karam dalam perjalanan. Kemudi dan pedoman itu adalah iman sebagaimana dijelaskan Hamzah Fansuri dalam lanjutan syair tersebut: … Iman Allah akan kemudinya.

Alat kelengkapan paling utama dalam beralayar adalah kemudi yang akan memandu sebuah perahu. Kemudi jangan patah, kemudi tak boleh tanggal, kemudi harus dipegang selalu. Kemudi merupakan alat amat penting bagi sebuah perahu. Jika kemudi goyah, andai kemudi tak kuat, kalau kemudi goyang, maka perahu akan oleng dan terombang ambing di lautan. Perahu dapat terhempas kemana saja, bisa-bisa akan berputar-putar tak tentu haluan, yang pada akhirnya nanti akan karam dan tenggelam. Untuk itu, kuatkan, kokohkan, pegang kemudi kuat-kuat dalam berlayar agar perahu tak karam, agar tujuan sampai di seberang. Kemudi itu adalah iman.

Pertama, beriman kepada Allah Swt. Yakin dengan sehak-yakinnya bahwa Dialah Pencipta seluruhnya, Pemilik segalanya, Penentu semuanya, Pemutus seputus-putusnya, Penetap setetap-tetapnya. Jangan beralih walau setapak, jangan berganjak walau sejarak. Dia Maha Ada. Ikuti dan taati seluruh suruh dan perintah-Nya. Hindari dan jauhi sejauh-jauhnya segala larangan dan pantangan-Nya. La ilaha illallah Muhammad Rasulullah.

Berimanlah, yakinlah kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, nabi dan rasul-Nya. Yakin dan percayalah bahwa hari akhir itu ada, dan akan pasti dijumpai. Sadari bahwa semua yang dilakukan pasti akan dipertanggungjawabkan. Tak ada setitik pun yang tersembunyi. Tak ada sehelai lalang pun yang terlindung. Tak ada secubit kukupun yang tersuruk dari Dia. “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula“. (QS: Al-Zalzalah: 7-8).  Beriman dan yakinlah kepada semua qadar dan qadha-Nya. Jangan pernah bersilang dan melawan ketentuan dan ketetapan yang sudah ditentukan dan ditetapkan-Nya.

Setelah engkau mengenal dirimu dengan sekenal-kenalnya, dayunglah perahumu dengan dayung ilmu Allah. Pasang kemudimu dengan kemudi iman yang sejahtera. Kuat dan kokohkan keyakinan kepada-Nya dengan sekuat dan sekokoh-kokohnya. Jangan lupa sucikan, bersihkan perahumu (dirimu) secara zahir dan batin. Innallaha yuhibbu al-tawwabina wayuhib al-mutathahhirin. Sesungguhnya Allah cinta orang-orang yang bertaubat dan yang membersihkan diri. (QS: Al-Baqarah: 222). Qad aflaha man zakkaaha waqad khaaba man dassaaha: sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan rugilah yang mengotorinya. (QS. As-Syams: 9-10). Qad aflaha man tazakka wazakarasma Rabbihi fashalla: sungguh beruntung orang yang menyucikan dirinya, dan mengingat nama Tuhannya, maka ia pun shalat. (QS. Al-A’la: 14 – 15).

Hati-hatilah kepada kekufuran dan kemaksiatan karena ia punya potensi untuk berkembang dalam tubuhmu, di dalam dirimu. Kalau tak berhati-hati, maka hawamu itu yang akan membuat perahu karam, dialah yang membuat dirimu tenggelam. Untuk itu bertawakkallah, berserahlah secara total hanya kepada Dia. Kuatkan tauhidmu di manapun engkau melempar sauh, di manapun engkau ingin singgah dan istirahat sejenak melepas lelah. Jangan tinggalkan salawat kepada Nabi Muhammad Saw. Sekarang berlayarlah dengan selalu meminta ampun kepada Allah, selalu beristighfar kepada-Nya. Jika semua itu sudah dilakukan dengan sebaik dan sesempurna-sempurnanya, arungilah lautan dengan kencang, duhai subhanallah akan lajunya.

Kata Hamzah Fansuri: …ilmu Allah akan dayungnya/ iman Allah akan kemudinya/ yakin Allah nama pawangnya// thaharah dan istinjak nama lantainya/ kufur dan ma’siat air ruangnya/ tawakkul akan Allah juru batunya/ tauhid itu akan sauhnya// Shalat kepada nabi tali bubutnya/ istighfar akan Allah nama layarnya/ Allahu akbar nama anginnya/ subhanallah akan lajunya// Wallahu a’lam nama rantaunya/ iradat Allah nama bandarnya/ kudrat Allah nama labuhannya/ surga jannatunnaim nama negerinya…..

Wallahu a’lam bi al-shawab. ***

Baca : ‘Id al-Fitri

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *