Kepinding

PADA awalnya kata. Selanjutnya kata. Lagi-lagi kata.

Beberapa hari ini kata-kata mengamuk. Ya, membuat orang merasa tersinggung yang berujung marah akibat dari kata-kata yang keluar, menjalar dan berlompatan di media-media. Kata telah membuat tanah Borneo merah. Kata telah membuat sebagian Riau juga gelisah.
Hati-hati menggunakan apalagi mempermainkan kata-kata. Terkadang kata bias menyebabkan dan membuat suasana apa saja. Sendu, haru, luka, tawa, sedih, bahkan dapat membawa lapuk hati karena kecewa, membawa amarah dendam karena hati berdarah jika kata tak dapat dikendalikan dengan segenap jiwa.

Begitu besarnya fungsi kata? Tuan dan puan lihat dan rasakanlah. Bermula dari sepenggal kata kun maka semuanya pun menjadi ada (fayakun). Berawal dari sebuah puah, maka semuanya pun menjadi wah!

Kata oh kata. Kata istilah kata, oh. Hati-hati dengan kata. Jangan berkata sembarang kata.

Kata-kata jin buang anak merupakan sebuah istilah yang dipakai menjadi pengayaan istilah dalam berkomunikasi tiba-tiba membuat pulau Kalimantan berguncang. Kata kepinding yang dilontarkan membuat Riau, terutama Pelalawan seperti tertawan.

Jin? Kepinding?

Kepinding saja. Apa itu kepinding? Menurut JS Badudu dalam Kamus Bahasa Indonesia (1994) yang disusunnya bermakna kutu busuk, bangsat, pijat-pijat, Cimexrotundanus.

Selain lintah, pacet, nyamuk, agas, kutu kepala, dan kuman lainnya, maka kepindingkepinding termasuk jenis hewan pemakan darah alias hewan ‘drakula’ penghisap darah.

Saya mengenal kepinding bukan dari kamus dan sejumlah referensi saja tapi bergaul dengannya hampir saban hari. Akan tetapi itu dulu. Lahir di rumah nenek berdinding kulit kayu, dan bertiang kayu, maka di situlah kepinding menemani sebagian hari-hari saya di masa lalu, terutama sepulang dari sekolah.

Rumah berdinding kulit kayu medang konon memiliki keistimewaan khusus. Ia selalu bersuasana sejuk. Memiliki aroma tersendiri. Di situ minim nyamuk tapi melimpah kepinding.

Kepinding banyak menyelinap di sudut tikar, kain, kasur, di lemari dan lain sebagainya. Bila lengah seperti saat tidur maka makhluk sebangsa kutu yang membuat kesal dan geram itu pun akan bereaksi. Mencubit daging dan menghisap darah. Jika ia mati karena ditindas kuku atau ditindas sudip kepala atau sudip kutu maka aromanya akan menebarkan bau lain. Entah busuk, bacin, maung. Entahlah. Pokoknya berbau lain daripada yang lain.

Konon, kepinding atau kutu merupakan kata di antara beberapa kata arkhaik tua dalam peradaban Melayu. Artinya, keberadaan makhluk bernama kepinding atau kutu busuk itu sudah lama maujudnya di rantau ini. Tapi dulu kepinding hanya membuat kesal dan geram karena menyebabkan badan gatal setelah digigitnya. Namun kini, kata kepinding telah membuat kuping merah dan hati pun membara. Kata-kata itu telah menjadi miang di hati sebagian orang.

Walapun demikian, barangkali jika kata kepinding tak dilontarkan lagi pada masa kini maka orang agaknya sudah melupakan makhluk degil itu, dan bagi generasi milenial, mungkin mereka hanya mengenalnya melalui sejumlah kamus, ensiklopedi, e-book dan lainnya atau bahkan mungkin tidak mengenalnya sama sekali pada makhluk busuk dan usil tersebut.

Namun jika kata kepinding ini dipakai untuk menyudutkan suatu kelompok atau orang lain, maka subjek yang melontarkan dan dilontarkan pun agaknya akan mengundang geram, kesal dan runsing juga. Akan tetapi jangan sampai hilang kendali.

Namun yang jelas: jangan menjadi kepinding. Sungguh jangan. Ia hidup dari menghisap darah. Akhir hidupnya pun tragis; berdarah juga, lumat, hancur dan menebarkan bau sungguh tak sedap dihirup apalagi mati setelah ditindas.

Jika tuan dan puan menemukan kepinding di katil, tikar, kasur dan bantal, eloknya usah ditindas, cukup tilam, bantal dan tikar dijemur di terik mentari. Biarkan kepinding pergi karena yang namanya penindasan, dalam apapun bentuknya merupakan sesuatu yang tidak baik, walaupun pada seekor kepinding sekalipun.

Mungkin begitulah agaknya. ***

Baca : Rumah Masa Lalu

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *