Hantu Minyak

Bang Long

Bismillah,

Mungkin ada di antara kita pernah nonton film Sumpah Orang Minyak. Film negara jiran yang dibintangi pelakon legendaris P. Ramlee itu termasyhur pada masanya. Sesuai tajuknya, Orang Minyak berwujud manusia. Seluruh tubuhnya dilumuri dengan minyak. Hitam legam. Orang Minyak dalam film ini berperilaku bejat, mesum, dan meresahkan. Selain itu, dia pun pencuri karena gila harta. Seluruh warga di kampung menjadi gusar akibat ulahnya. Dalam eksistensi kekinian, Orang Minyak merupakan simbol kaki perempuan dan budak harta. Dia menjadi hantu, baik dalam arti sebenarnya maupun dalam makna kiasan.

SECARA leskikal, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata hantu diartikan sebagai roh jahat yang dianggap terdapat di tempat-tempat tertentu (2005:387). Ketika disebutkan kata hantu atau jembalang, tentu saja mencuat suasana mistis, menakutkan, atau mengerikan. Karena merupakan roh jahat, hantu bersifat mengganggu atau menggoda manusia untuk berbuat sesuatu yang jahat. Agaknya, bisalah disamakan sebutan hantu dengan setan. Bagi anak-anak, kata hantu seringkali mereka gunakan, juga orang tua sebagai kata ‘keramat’ untuk menakut-nakuti anak-anak mereka. Tersebab terdapat di tempat-tempat tertentu, maka ada hantu air, hantu angin, hantu api, hantu gunung, hantu rimba dan sebagainya.

Beberapa pekan terakhir, minyak goreng dan solar telah menjadi hantu. Minyak lesap dari peredaran karena ulah hantu minyak sebenarnya. Indonesia negeri yang kaya minyak diteror oleh hantu minyak. Riau negeri minyak atas bawah pun terkena dampak. Minyak menjadi hantu. Gaib dan raib entah ke mana. Semakin gencar pasar murah, semakin raib minyak. Antrean panjang di mana-mana. Sampai-sampai ada seruan boikot pembelian minyak goreng.

Karya sastra pun banyak berkisah tentang hantu. Sastrawan menempatkan posisi hantu dalam karyanya dengan berbagai cara. Dalam imajinasi merdeka Hang Kafrawi, misalnya, muncul hantu dapur dan hantu duit. Hantu Dapur dan Hantu Duit merupakan dua cerpen sastrawan Indonesia asal Riau itu. Secara leksikal, hantu dapur dapat diartikan roh jahat yang selalu berada di dapur. Hantu Duit merupakan roh jahat yang suka dengan harta/kekayaan/duit. Tentu pula kedua judul cerpen ini tidak bisa diterjemahkan hanya secara leksikal. Hang Kafrawi yang juga dikenal sebagai penulis skenario serta sutradara film dan drama komedi ini sepertinya memberikan satire yang beramanat ganda dalam hantu-hantunya itu.

Latar waktu malam hari yang digunakan penyair yang lahir pada 22 Maret 1974 itu memberikan kesan ngeri. Adik Taufik Ikram Jamil ini mengumpamakan hantu dapur seperti manusia. Tokoh Hantu Kecil merupakan penderita kelaparan karena terlahir dari keluarga hantu yang miskin. Tokoh ini bisa pula diibaratkan masyarakat miskin, orang kecil, yang hidup serba susah. Sementara itu, kata dapur dapat diterjemahkan sebagai wadah kesejahteraan atau kekurangsejahteraan. Karena itu, Hantu Dapur bisa juga kita terjemahkan makhluk (apapun bendanya) yang hidup dalam kesejahteraan, tidak atau kurang sejahtera. Ada pergulatan hukum dalam cerpen ini. Karena dianggap mempermalukan kaum hantu, Hantu Kecil diusulkan agar dihukum. Di sinilah muncul satire melalui amanat Hantu Tua. Sindiran yang dimunculkan Hang Kafrawi melalui konflik kemiskinan yang dialami oleh tokoh Hantu Kecil. Cerpen ini melakonkan konflik-dramatik antarhantu yang berpusat pada kaum lemah.

‘’Kalian jangan meniru perbuatan manusia yang hanya mampu menjatuhkan hukum kepada yang lemah! Kita ini kaum hantu yang memiliki hati nurani yang memunculkan kasih sayang sesama hantu, sehingga tidak terjadi pertumpahan darah sesama kita! Dalam undang-undang kita jelas menyatakan bahwa kita berkewajiban melindungi hantu dapur yang lemah seperti kita melindungi diri kita sendiri. Dan kita tidak dibenarkan menghakimi hantu dapur lemah tanpa usul periksa…’’ (h. 22).

Paragraf di atas berkekuatan mempermalukan manusia. Ada beberapa sindiran yang ingin disampaikan Kafrawi. Pertama, hukum kita selalu tidak melindungi kaum lemah atau masyarakat kecil. Kedua, bahwa hati nurani kita sudah semakin memudarkan kasih sayang sesama manusia. Ketiga, putusan hukuman harus dilakukan dengan usul periksa. Keempat, pada paragraf yang lain terkandung sindiran bahwa telah terjadi krisis kepemimpinan yang adil dalam kehidupan ini. Sindiran ini diperkuat pada akhir (ending) cerpen, yaitu semua hantu, termasuk Hantu Tua (simbol kepemimpinan) lari meninggalkan Hantu Kecil (simbol masyarakat miskin, lemah, kecil) yang terus berteriak kelaparan.

Selanjutnya, konflik yang disuguhkan dalam cerpen Hantu Duit terjadi antara kaum hantu dengan salah seorang tokoh manusia bernama Atah Roy. Tokoh manusia berkarakter ini hidup di negara Indonesia. Cibiran dan keanehan dari tokoh ketua Hantu Duit muncul ketika mendengar orang Indonesia tidak menyukai duit. Padahal, di negara inilah, tugas Hantu Duit selalui memperoleh penghargaan tertinggi karena selalu berhasil mengelabui orang Indonesia dengan pundi-pundi duit (kekayaan harta). Dalam kenyataan hidup, inilah yang kita saksikan di jajaran elit politik negara ini. Kasus suap atau korupsi masih terus merajalela. Penghilangan bahan makanan seperti minyak pun terjadi demi duit.

Keheranan ketua Hantu Duit kian menjadi ketika beberapa anak buahnya merasa tak sanggup lagi merayu Atah Roy dengan berbagai cara. Di sinilah, Hang Kafrawi ingin menegaskan bahwa masih ada manusia Indonesia yang berhati emas, yaitu jujur. Kafrawi ingin menempatkan kejujuran sebagai hal utama dalam kehidupan. Seperti kata orang tua-tua Melayu, Siapa jujur, hidupnya mujur. Dosen Universitas Lancang Kuning, Riau ini ingin menegaskan bahwa Melayu sejatinya itu jujur seperti tertuang dalam Tunjuk Ajar Melayu (1994:259). Apa tanda Melayu jati, lurus dan jujur sampai ke hati. Apa tanda Melayu jati, hidupnya jujur sampailah mati. Apa tanda Melayu bijak, jujurnya kokoh tiada berganjak. Apa tanda Melayu beriman, jujur dan ikhlas jadi pakaian.

Karakter tokoh Atah Roy yang dilukiskan Hang Kafrawi dalam cerpen ini merupakan watak mulia manusia Indonesia yang idealis. Karena sulit menundukkan tokoh ini, akhirnya ketua Hantu Duit langsung turun tangan melalui lelaki tampan berdasi. Lelaki tampan berdasi tersebut menemui Atah Roy dengan duit sekoper. Dari dalam koper itulah ketua Hantu Duit melancarkan pujuk-rayunya agar Atah Roy menerima suap untuk menjual tanah kelahirannya. ‘’Aku tak mau menggadai tanah ini, bawak balik duit kalian ini!’’ ujar Atah Roy tegas. Inilah akhlak Melayu sejati. Mendengar ketegasan karakter Atah Roy, ketua Hantu Duit pun menyerah dan menghilang. Dia menghilang bagai minyak goreng dan solar. Meskipun Hang Kafrawi memenangkan tokoh Atah Roy dalam cerpen ini, tetapi di akhir kisah Kafrawi menutupinya dengan kesangsian.

”Masih adakah manusia seperti ini? Ah, mati aku,’’ suara Ketua Hantu Duit terdengar lirih.

Ah, biarkan saja asalkan orang minyak tak lagi bermain-main dengan margin minyak. Tak perlu menggantikan kejujuran dengan laba minyak.***

Alhamdulillah.
Bengkalis, Senin, 18 Syakban 1443 / 21 Maret 2022

Baca: Kebun Adat

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *