KTIQ

(Catatan MTQ ke-48 Tingkat Kabupaten Bengkalis)

Bismillah,
Karya Tulis Ilmiah Al Quran (KTIQ) merupakan cabang Musabakah Tilawatil Quran (MTQ). KTIQ adalah sayembara menulis karya ilmiah yang bertujuan untuk mengeksplorasi kandungan Al Quran dan direlevansikan dengan isu-isu yang diangkat menjadi tema dalam sayembara. Karena itu, KTIQ bisa saja berupa hasil penelitian dan pengembangan tentang suatu objek, tinjauan, ulasan, kajian atau pemikiran yang sistematis berlandaskan kaidah ilmiah dan tematis. Sesuai pendapat Eko Susilo M yang mengatakan bahwa karya tulis ilmiah adalah artikel yang diperoleh sesuai dengan sifat ilmiah dan didasarkan pada observasi, evaluasi, penelitian dalam bidang tertentu, disusun menurut metode tertentu dengan sistematika penulisan bahasa bersantun, dan isinya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya/keilmiahannya.

Pada dasarnya, KTIQ adalah karya tulis ilmiah. Sebab itu, KTIQ mestilah memenuhi standar keilmiahan, baik secara teknis maupun nonteknis. Cabang KTIQ ini tentu saja memerlukan kemampuan literasi bernas dari para peserta. Dalam tingkatan kemampuan berbahasa, keterampilan menulis merupakan keterampilan tertinggi setelah mendengar, berbicara, dan membaca.

Pada babak penyisihan, peserta yang mengikuti sebanyak 20 orang, yaitu 10 putra dan 10 putri. Penilaian majelis hakim memutuskan 12 peserta masuk ke semifinal. Seperti babak penyisihan, peserta menulis selama 8-9 jam untuk menghasilkan karya tulis ilmiah berbasis Al Quran. Para peserta dituntut mampu menganalisis, menginterpretasi, mengembangkan gagasan, dan menemukan solusi tentang apa permasalahan yang ditulis sesuai dengan tema yang dipilih. Tentu saja menulis suatu makalah secara maraton dari pukul 08.00 sampai 16.00 WIB bukan hal yang mudah. Namun, di sinilah tuntutan kemampuan yang mesti diperlihatkan para peserta untuk menghasilkan karya tulis terbaiknya.

Dua malam berturut-turut dari pukul 08.30 sampai pukul 11.00, majelis hakim menilai karya tulis peserta. Pada babak penyisihan, sebanyak 20 makalah mesti diekskusi. Pada babak semifinal, ada 12 makalah yang mereka nilai. Tentu saja perlu kemampuan luar biasa untuk menilai karya tulis para peserta. Mereka melawan rasa lelah dan kantuk. Mereka harus memberikan angka-angka pada setiap karya tulis sesuai dengan kriteria penilaian yang sudah ditetapkan. Begitulah tanggung jawab majelis hakim KTIQ. Mereka fokus dengan penilaian memasing untuk memilih peserta terbaik. Akhirnya, 6 peserta terbaik terpilih, yaitu 3 peserta putra dan 3 peserta putri. Para peserta ini harus mempresentasikan karya tulisnya pada babak final. Dari hasil penilaian, baik hasil karya tulis maupun presentasi, ada beberapa hal yang menjadi catatan untuk para peserta.
Pertama, sebagian besar karya tulis masih bermasalah pada aspek kebahasaan, baik tata bahasa, diksi, tanda baca, dan konjungsi. Salah besar jika peserta beranggapan bahwa aspek kebahasaan kurang penting. Sangat salah kalau menyepelekan aspek kebahasaan dalam karya tulis. Bahasa merupakan media penyampaian pesan. Karena itu, aspek kebahasaan mestilah dikuasai dengan benar oleh para peserta.

Kedua, pemilihan judul yang bombastis. Dalam karya tulis, judul sangat penting. Judul memang harus menarik, tetapi bukan berarti bombastis. Judul bombastis hanya memberikan kesan wah, tetapi kurang mencerminkan isi karya tulis. Tentu saja kemampuan menentukan judul pun harus dikuasai peserta. Justru judul yang bombastis akan menjerat peserta ketika mempresentasikan karyanya. Di samping itu, pemilihan judul pun masih terlalu mengandalkan bahasa asing. Meskipun bahasa asing sudah ada serapan dalam bahasa Indonesia, tetapi tetap lebih bermartabat jika mengutamakan bahasa Indonesia dalam memilih judul dan diksi karya tulis.

Ketiga, ada kesan bahwa para peserta memaksakan ayat Al Quran untuk mendukung permasalahan yang mereka tulis. Pemaksaan ini tentu saja akan sangat berpengaruh pada bobot isi/materi karya tulis peserta. Dalam hal ini, para peserta diminta untuk lebih mendalam mengkaji ayat-ayat Al Quran sehingga permasalahan dalam karya tulis bisa disolusikan melalui Al Quran. Pemilihan masalah kajian mestilah sesuai dengan Al Quran.

Keempat, kemampuan membuat dan memaparkan materi presentasi masih kurang sehingga perlu ditingkatkan. Misalnya, kemampuan peserta dalam hal menyusun powerpoint (ppt) masih perlu dilatih. Penggunaan huruf dan ukurannya, ideal poin-poin yang dipaparkan, kontras warna, gambar atau latar pendukung, dan aspek estetiknya. Meskipun bersifat teknis, tetapi keberadaan ppt untuk presentasi sangat mendukung penampilan peserta. Di samping itu, kemampuan peserta dalam mempresentasikan pun masih perlu ditingkatkan, termasuk kemampuan menjawab pertanyaan dari majelis hakim.

MTQ ke-48 Tingkat Kabupaten Bengkalis sudah selesai. Bengkalis menjadi juara umum kedua kalinya secara berturut-turut. Khusus cabang KTIQ, peserta yang akan mewakili ke tingkat provinsi mestilah mendapat pembinaan yang komprehensif terhadap beberapa masalah yang ditemukan. Semoga saja peserta sebagai pemenang akan tampil dengan lebih meyakinkan dan meraih juara di tingkat selanjutnya.***

Alhamdulillah.
Bengkalis, Selasa, 26 Safar 1445 / 12 September 2023

Baca: Pinggir

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *