Membaca Terapi Kamar Mandi, Membaca Tentang Penuh Segala… (4)

DALAM kumpulan cerpen Membaca Terapi Kamar Mandi juga ditemui cerita-cerita berasa pop. Di antaranya Bara Sumbang karya Mas Sitti Sya yang merupakan kisah yang bertema cinta terlarang. Cerpen ini dikisahkan penulis dengan baik dan lancar. Namun ketika membaca cerpen ini, (maaf), saya seperti mengulang yang terjadi pada masa lalu ketika melahap sebagian karya sastra populer di tahun 90-an. Terdapat bahasa-bahasa yang sedikit tidak nyaman untuk sebuah karya sastra serius dan bermutu. Semestinya, sebagai salah seorang ‘guru kehidupan’, pengarang eloknya menghindari kata, diksi dan cara bercerita serta teknik pengisahan yang mengajak pembaca berfantasi ke arah yang negatif, dan kurang sedap dinikmati, terutama bagi pembaca seperti saya dan yang sepaham lainnya.

Merundung Fajar karya Yoga Rama Archanna. Cerpen ini berjalan lancar namun tidak jelas apa yang membuat sang tokoh ingin membalas dendam. Penyebabnya karena dibully? Penjelasan bully itu tidak terang. Sebuah cerita yang bagus biasanya juga selalu menjelaskan kenapa sesuatu itu terjadi. Sehingga pembaca tidak menyimpan tanya yang jawabnya tidak tahu atau mengambang.

Cerpen Kumbang Wara karya Yunita Sari bercerita tentang konflik batin yang menghantui diri sang tokoh karena ditugaskan menjadi regu tembak atau eksekutor bagi terpidana mati. Perasaan ini memang kerap dirasakan seseorang jika berhadapan dengan nyawa manusia lainnya. Namun menyalahkan diri sendiri demi melaksanakan tugas negara juga perlu dipertanyakan. Bukankah itu dilakoni sang tokoh demi mengemban sebuah amanah negara?

Sang tokoh tak dapat membuat keputusan apakah berhenti dari tugas negara yang mungkin akan menyakitkan bagi masa depan keluarganya atau membiarkan rasa bersalah itu terus memakan dirinya sehingga berakhir divonis mengidap penyakit neurosa defresif.

Pengarang dan Sebuah Pistol karya Depri Ajopan merupakan cerpen yang lancar, namun terkadang seperti mengada-ada. Hanya karena ingin membeli laptop untuk jadi pengarang, penulis mau membunuh seseorang. Apakah sekerdil itu nilai prinsip hidup seorang pengarang?

Cerpen Terapi Kamar Mandi merupakan cerpen yang dari berbagi hal memang menarik, mulai penggambaran tokoh, alur, konflik, teknik bercerita dan lainnya. Selain itu ia juga unik dan memberikan suatu informasi yang baru. Namun timbul pertanyaan, apakah memang dalam dunia psikologi ada terapi menggunakan kamar mandi? Tentu saja, sebagai pendongeng cerpenis dapat saja melakukan apapun dalam hal mengibuli pembaca. Semakin pandai mengibuli, mengarang-ngarang, membual, maka semakin asyiklah cerita itu.

Beberapa Catatan

Pertama, cerpen-cerpen dalam buku TBM ini seperti lepas luncai dari diksi-diksi dan metafor-metafor indah milik pengarang Melayu Riau sebelumnya. Walaupun ada namun tak menjadi kekuatan tersendiri bagi cerpen-cerpen tersebut.

Kedua, sebuah kisah yang muncul dari seorang pengarang sejatinya memiliki identitas khusus. Karya tak mungkin turun dari langit begitu saja tanpa pengaruh ekstrinsik si pengarang. Identitas seperti gaya bahasa, budaya serta hal-hal lain yang melekat pada diri si pengarang sejatinya mesti tampak jelas pada sebuah karya yang dihasilkan.

Ketiga, semua cerpen yang termaktub dalam TBM ini sudah layak disebut sebagai cerpen bila ditinjau dari segi unsur instrinsik maupun ekstrinsik sebuah cerpen. Namun tentu saja, karena sebagian merupakan pejalan awal dalam dunia per-cerita pendek-an, maka ke depan perlu memperkaya tulisan, baik dari segi alur, teknik bercerita dan tema serta konflik yang dibangun. Selain itu diperlukan pengendapan ide agar melahirkan cerita yang memiliki kedalaman (dignity).

Selain itu, sepintas lalu, kumpulan cerita pendek TKM ini luncas dan luncai dari penyuntingan karena kekhilafan beberapa pengetikan. Untuk buku-buku serupa, ke depan memerlukan penyuntingan demi kebaikan dan kesempurnaan kerja literasi ini.

Keempat, apresiasi disampaikan kepada Balai Bahasa Provinsi Riau karena telah melakukan coaching clinic cerpen bagi para penulis. Ini menjadi modal besar bagi kemajuan sastra Riau ke depan. Hasil dari kerja bernilai tersebut dapat menghasilkan dan melahirkan para pengarang yang akan menjadi penyambung estafet kepengarangan Riau dari masa ke masa.

Kelima, saya mengucapkan tahniah kepada para pengarang yang karya mereka terangkum dalam buku ini walaupun tak semua karya mereka sempat diulas dalam tulisan ini, dan tak semuanya sepaham dan sependapat dengan ulasan ini. Hemat saya, karya para pengarang dalam TKM ini telah menambah kekayaan khazanah Riau khususnya dan dunia umumnya. Mereka yang saya ucapkan syabas dan tahniah itu adalah Afdiyanti, Ali Imran, Arneti, Bintang Pasaman, Dedi Saputra, Depri Ajopan, Devi Nurillahi, Devita Sari, Efry Husin Juani, Fayid Trian Rivaldi, Fitrah, Fitriyani, Hanif Syahputra, Helsy Rahmadhani, Irfan Budiman, Mas Sitty Sya, Nurgayah, Nurhikmah, Pamula Trisna Suri, Pi Achrasza, Putra Arif Suwana Budiman, Raffi Aditya Rama, Rio Rozalmi Putra, Silvia Novianti, Suci Kasiani, Susilawati, Togov Rabara Deli, Ulfi Laili Astika, Wahyu, Yoga Rama Archanna, Yel Muis, dan Yurattia Yudian.

Tabik. ***

Baca: Membaca Terapi Kamar Mandi, MMembaca Tentang PenuhPenuh Segala…(3)

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews