INHU Pelopor Lomba Kaligrafi dan Barzanji pada MTQ Provinsi Riau

INDRAGIRI Hulu selalu menjadi pelopor dalam perkembangan seni kaligrafi Al-Quran pada helat MTQ di Provinsi Riau.

Pada tahun 2011, dalam ajang MTQ tingkat Provinsi Riau XXX di Rengat Indragiri Hulu dilaksanakan ekshibisi kaligrafi kontemporer yang menghadirkan sejumlah pelukis kaligrafi Al-Quran handal, plus hakim saat itu, di antaranya Didin Sirojuddin AR, Ali Muhsin, dan lainnya. Pada tahun-tahun berikutnya baru dilaksanakan lomba kaligrafi kontemporer secara resmi dalam ajang MTQ di Provinsi Riau.

Pada tahun 2023 sempena Musabaqah Seni Kaligrafi Al-Quran (MSKA) pada MTQ Tingkat Provinsi Riau XLI ditaja juga ekshibisi kaligrafi digital di mana sebelumnya belum dilaksanakan kegiatan seperti ini. Ekshibisi ini diikuti sejumlah kaligrafer, yaitu Dodi Normansyah, Helya Maharani Syifa, Ahmad Haidir,T Eko Putra, Syamsul Bahri, Nuria Hafazhah,Thofan Jihadullah, Ghozi Asadullah, Meli Fransiska.

Selain itu, pada MTQ Provinsi Riau ke-41 yang dilaksanakan di Kabupaten Indaragiri Hulu tahun ini dilaksanakan juga Musabaqah Barzanji, di mana pada tahun-tahun sebelumnya kegiatan serupa belum pernah dilaksanakan pada helat MTQ, terutama tingkat Provinsi Riau.

Sebagaimana diketahui, bahwa di antara tujuan utama dilaksanakannya MTQ adalah untuk membumikan Al-Quran di tengah masyarakat. Al-Quran mesti menjadi pengamalan keseharian, baik dari segi membaca dan melantunkan teks, menerjemah, menafsir, memahami, menyampaikan isi kandungan hingga menuliskannya.

Dari segi khat Al-Quran atau seni kaligrafi Al-Quran, maka menurut penulis, tujuan lomba ini dilaksanakan adalah agar seni lukis ihwal Al-Quran menjadi familiar, populer dan bersebati di tengah masyarakat. Sehingga dari tahun ke tahun lomba ini mengalami peningkatan kategori. Mulai dari kategori lomba bidang naskah, dekorasi, hiasan mushaf, kaligrafi kontemporer hingga lomba kaligrafi digital.

Pada MTQ Provinsi Riau tahun ini, musabaqah kaligrafi digital belum dilaksanakan, hanya setakat ekshibisi atau peragaan saja. Semoga pada ajang MTQ yang akan datang kiranya menjadi salah satu bidang lomba.

Secara sederhana, musabaqah atau lomba seni kaligrafi Al-Quran dalam bidang naskah adalah bentuk tulisan Al-Quran yang dibuat oleh peserta pada kertas karton gambar berwarna putih ukuran 85 cm x 61 cm menggunakan dua bentuk. Pertama, naskah wajib yaitu ayat Al-Quran yang ditulis pada baris pertama dan terakhir dengan mata pena berukuran 3 mm, dan tulisan antara baris pertama dan terakhir 1,5 mm dengan menggunakan jenis huruf naskhi/nasakh (jenis huruf yang terdapat dalam beberapa mushaf yang populer, terutama di Indonesia). Kedua naskah pilihan, yaitu ayat Al-Quran yang ditulis dengan menggunakan 4 jenis huruf selain naskhi, seperti tsulus, diwani, diwani jali, riq’ah, kufi dan farisi. Waktu yang diberikan kepada peserta selama 8 jam termasuk waktu istirahat.

Menurut buku Pedoman Musabaqah Al-Quran dan Al-Hadits Tahun 2023, bahwa majelis hakim atau juri akan menilai karya lomba bidang naskah ini dalam beberapa bidang, yaitu bidang kebenaran kaidah khat dengan materi: bentuk dan proporsi huruf; jarak spasi dan letak huruf; keserasian dan komposisi antar huruf. Selain itu juga bidang keindahan khat dengan materi orisinalitas dan kreativitas; sentuhan akhir/ finishing touch (kebersihan dan kehalusan).

Pada esensinya, lomba kaligrafi bidang naskah ini memotivasi masyarakat agar mampu menjadi penulis ayat-ayat Al-Quran dengan benar, baik dan indah.

Kaligrafi Al-Quran dalam bidang dekorasi merupakan kaligrafi yang ditulis dan dilukis pada media triplek yang telah dicat putih berukuran 80 cm x 120 cm. Ada 5 (lima) dari 7 (tujuh) jenis khat atau bentuk huruf yang ditulis atau dilukis. Kaligrafer menulis atau melukis ayat Al-Quran menggunakan kuas, minimal dengan 3 (tiga) warna pilihan. Selain menulis ayat juga membuat hiasan sebagai upaya untuk mempercantik lukisan kaligrafi Al-Quran tersebut. Waktu yang diberikan kepada peserta lomba juga 8 jam, termasuk jam istirahat. Lomba bidang ini sebenarnya sebuah upaya untuk melahirkan pelukis atau penulis Al-Quran di dinding mesjid dan mushalla serta di tempat-tempat istimewa lainnya.

Kaligrafi Al-Quran bidang hiasan mushaf merupakan kaligrafi yang dibuat kaligrafer pada kertas karton berukuran 85 cm x 61 cm, dengan ornamen di pinggirnya, seperti pada halaman pertama dan kedua dalam Al-Quran. Dalam lomba, biasanya di babak penyisihan jenis huruf yang dipakai adalah naskhi, dan pada babak final menggunakan jenis huruf lainnya. Waktu yang diperuntukkan bagi peserta juga selama 8 jam, termasuk istirahat.

Golongan Dekorasi dan Hiasan Mushaf akan dinilai berdasarkan beberapa bidang, seperti bidang kebenaran kaidah khat dengan materi bentuk dan proporsi huruf; jarak spasi dan letak huruf; keserasian dan komposisi antar huruf. Bidang keindahan khat dengan materi: orisinalitas dan kreativitas; sentuhan akhir (kebersihan dan kehalusan). Bidang keindahan hiasan dengan materi: unsur desain dan tata warna; keserasian format; sentuhan akhir. Waktu yang diperuntukkan bagi peserta juga selama 480 menit atau 8 jam.

Dewasa ini berkembang kaligrafi kontemporer. Khat kontemporer adalah salah satu atau kombinasi dari 4 (empat) jenis khat yang dilombakan sesuai pilihan peserta.

Khat kontemporer merupakan tulisan atau lukisan ayat Al-Quran di atas kanvas berspanram ukuran 60 cm x 80 cm, di mana tulisan ayat Al-Quran dengan latar belakang (backround) lukisan aneka warna. Jenis khat merupakan pilihan salah satu atau kombinasi dari kontemporer tradisional, figural, simbolik, dan ekspressionis. Dibolehkan mengombinasikan karakter huruf kreativitas individu. Waktu yang diperuntukkan bagi peserta juga selama 480 menit atau 8 jam, termasuk waktu istirahat.

Kriteria penilaian dalam bidang ini adalah unsur kaligrafi (anatomi huruf), dengan materi: tingkat keterbacaan dan tingkat kesahihan khat. Unsur seni rupa (kreativitas dan kekayaan imajinasi), dengan materi: orisinalitas dan inovasi; kekayaan desain dan tata warna (unity, balance, harmony); kesesuaian tema gambar dengan konteks ayat; sentuhan akhir (kesan keseluruhan; tingkat kerapihan dan kebersihan; dan tingkat ketuntasan karya.

Jumlah nilai maksimal yang diberikan untuk unsur kaligrafi adalah 30, seni rupa 50, ketuntasan karya 20. Menurut Dr H Didin Sirojuddin AR, salah seorang pakar kaligrafi Al-Quran Indonesia, walaupun unsur kaligrafi hanya bernilai 30 tapi sangat menentukan dan merupakan mukaddimah dari karya seluruhnya. Pertama, tingkat keterbacaan. Ayat yang dilukis jangan sampai salah tulis, misalnya ada titik yang kurang atau lebih. Harus betul-betul rasional dan bisa dibaca dengan jelas. Beberapa kegagalan karya kaligrafi Al-Quran kontemporer sehingga tidak masuk nominasi, di antaranya disebabkan karena banyak salah tulis tersebut. Demikian ungkap Didin.

Menurut hemat dan kimat penulis yang juga dipercaya sebagai salah seorang majelis hakim pada bidang MSQA ini, bahwa dilaksanakannya musabaqah atau lomba di bidang ini adalah untuk mendorong agar lahir para pelukis yang menghasilkan lukisan yang bernuansa qurani sehingga Al-Quran semakin hadir dan membumi di tengah-tengah masyarakat tanpa disekat agama, suku, ras, jenis kelamin, dan lain sebagainya.

Terima kasih kepada Pemerintah Provinsi Riau, Kanwil Kemenag Riau (Bidang Penaiszawa), LPTQ Riau, Pemerintah Kabupaten Indragiri Hulu, seluruh panitia dan dewan serta majelis hakim yang telah menyukseskan MTQ Provinsi Riau XLI.

Syabas dan tahniah khusus kepada Pemkab dan masyarakat Indragiri Hulu yang telah sukses menjadi tuan rumah dan pelopor dalam bidang Musabaqah Seni Kaligrafi Al-Quran (MSQA) dan Musabaqah Barzanji di Provinsi Riau. ***

Baca: Muslim Paripurna

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews