Pantun Kelakar Tenas Effendy

tuan guru

Sejak tikar menjadi kain
Dibawa melenggang terasa sakit
Sejak ular jadi pemimpin
Banyaklah orang yang kena belit

Selama kera berdagang sambal
Banyak penduduk pergi membeli
Selama raja kehilangan akal
Banyaklah beruk jadi menteri

INI pantun-pantun kelakar Datuk Sri Tenas Effendy.

Ular jadi pemimpin “orang”. Kasihan orang. Tak pandai membelit. Mungkin orang-orang ini ~ rakyat ~ perlu “diularkan” juga. Minimal dibelutkan. Agar bisa saling belut-membelit. Padahal belut juga tak pandai membelit. Hihihi.

Pada pantun kedua disebut pula : “raja” kehilangan akal. Kata raja itu bila rajanya orang biasanya rakyatnya juga orang. Begitu pula para menterinya. Bila rajanya beruk maka rakyatnya juga beruk. Begitu pula menteri-menterinya. Begitu lazimnya di dalam lembaran buku-buku dongeng.

Di sini tidak digambarkan jelas, rajanya raja manusia atau raja margasatwa. Tapi mungkin maksudnya, siapa atau apa pun bendanya yang menjadi raja bila rajanya kehilangan akal maka beruk-beruk pun bisa jadi menteri.

Minta ampun. Bukan main dalamnya
bayang kias pada pantun-pantun ini.

Budayawan besar Melayu ini bukan saja menulis karya-karya yang serius, seperti Tunjuk Ajar Melayu yang amat bernas itu. Tetapi beragam nuansa alun dan rentak. Termasuk juga pantun. Seperti pantun di atas ini.

Bila dalam Tunjuk Ajar penuh ungkapan-ungkapan yang serius, di dalam Syair Nasib Melayu, digambarkan suasana duka lara nasib papa kedana orang-orang Melayu yang amat melarat, macam ayam mati kebulur (kelaparan) di lumbung padi, di bukunya Pantun Kelakar (2013), Datuk Tenas berkisah bagaimana konyolnya perangai makhluk di atas dunia ini pada umumnya dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Maka, elok juga agaknya, sempena enam tahun kepulangan allahyarham ke rahmatullah, kita selak sedikit kelakar Datuk Sri Tenas Effendy dalam karyanya, khususnya dalam pantun. Pantun kelakar Melayu.

Buku saku pantun setipis 36 halaman berisi 141 pantun. Mulai kelakar tentang gelagat laki-bini sampai kisah perangai bila para margasatwa jadi penguasa atau politisi.

Sekilas, kita lihat dulu soal kelakar bini dan mertua:

Bagaimana jala tidak ‘kan koyak
Jala direntang kaki terpuruk
Bagaimana kepala tidak ‘kan botak
Mertua garang bini perajuk

Bagaimana lutung tak ‘kan berang
Babi mengejek kera mencerca
Bagaimana hidung tak ‘kan kembang
Bini cantik mertua pun kaya

Pantun yang ini tips soal memilih bini:

Daripada tikus eloklah pelanduk
Pelanduk dapat berjalan malam
Daripada kurus eloklah gemuk
Gemuknya dapat dibuat tilam

Pantun yang ini tips memilih laki:

Daripada cincin eloklah rantai
Rantai dapat dibuat penghias diri
Daripada licin eloklah bermisai
Misainya dapat penapis kopi

Pantun ini pula soal laki-bini berakrobatik di dapur:

Hari petang nasi ditanak
Duduk bersama bersenang-senang
Laki pemberang bini pembengak
Periuk belanga terbang melayang

Setelah pantun tilam bermisai melayang-layang, kita balik lagi ke laptop, soal kepemimpinan di dunia margasatwa.

Kera hendak membeli baju
Banyaklah kijang memberi batik
Karena rajanya tidak bermalu
Banyaklah rakyatnya menjadi fasik

Karena kainnya sudah koyak
Hendak diikat pastilah kendur
Karena pemimpin loba dan tamak
Banyaklah umat mati kebulur

Karena kainnya tiada lebar
Hendak diikat pastilah tanggal
Karena pemimpin pendusta besar
Banyaklah umat mati terjual

Pantun di bawah ini kembali ke soal menteri di alam margasatwa:

Selama merpati kena jerat
Banyaklah lalat merasa pilu
Selama menteri gila menjilat
Banyaklah umat kena tipu

Sekali lagi ke soal jilat-menjilat dan gila puji sanjung. Macam mana pun jadi pemimpin itu bukan main bangganya. Kebanggaan itu baru terasa lezat-nikmat ngenyut-ngenyut sampai di ubun-ubun dan di palung hati sekitar jantung bila selalu dapat puji dan sanjung bertubi-tubi. Gila puji sanjung itu digambarkan lagi oleh pantun Datuk Sri Tenas seperti ini:

Sejak kera pindah ke tanjung
Anak lebah bersenang hati
Sejak kepala suka disanjung
Anak buah pun datang memuji

Bagaimana lutung tak ‘kan berang
Hendak ke hilir ditahan kera
Bagaimana hidung tak ‘kan kembang
Awak pandir dijadikan ketua

Bagaimana lutung tak ‘kan berang
Anak ditinggal jatuh berdebin
Bagaimana hidung tak ‘kan kembang
Awak bebal menjadi pemimpin

Ini semua cerita jenaka dalam pantun kelakar di alam margasatwa. Cuma untuk penghibur lara. Alhamdulillah bila ada yang bijak bestari menyimaknya.

Semoga allahyarham Datuk Sri Tenas Effendy mendapatkan tempat yang terbaik di alam sana di sisi-Nya.

Aaminn ya Rabbal’alaminn.***

Baca : Racun Burung d’Angkasa

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *