DEBAR HUJAN SORE HARI
(Rissa Churria)
Hujan berdebar sore ini
Memanterai segala jelaga
Pada sisa bercak matahari
Yang tertinggal di bilik bumi
Kekasih ada ratap gelisah
Di antara rintik yang berderai
Serupa mengalirnya air dari telaga
Begitu saja tak jeda bernada berirama
Sesekali ajak aku menari
Di tengah deru gemuruhnya
Rindu kepada kering gersang
Tanah dan perkebunan hati kita
Basah atap atap dada
Sirna gumpalan nestapa
Tetap ceria bermandi cinta
Lukis segala suluk di palung
Paling magma
Cibinong, 02.03.2021
AYAH, AKU RINDU
(Rissa Churria)
Ayah,
Aku rindu mata teduhmu
Yang selalu menenangkan
Saat aku takut dan gelisah
Memeluk saat aku sakit sendirian
Mengelus nasehat jika aku hendak tersesat dan keliru
Ayah,
Aku datang mengetuk pintu
Rindu ini serupa genderang perang
Riuh dalam pikir dan ruang kalbu
Datanglah, bisikkan kata tenang di teleng dada
Dengan shalawat cinta yang kau punya
Hingga aku lelap di pangkuanmu
Ayah,
Apakah tak kau hidu aroma
Tembikar pusang yang tengah terbakar
Di tengah amuk badai mahabbahku
Datanglah, aku akan berteduh di lengan damaimu
Ajak aku menari dan menulis surat
Kepada Tuhan kita seperti yang kau ajarkan dulu
Ayah, aku hanya ingin bermanja
Sebentar saja
Sebentar saja
Hingga lunas waktu
Istana Puisi, 12.03.2021
LELANA
(Rissa Churria)
Ini bukan sekadar perjalanan
Melewati pucuk-pucuk angin
Hutan bakau hingga negeri berantah
Sejak waktu duha menyapih pagi
Hingga gerbang dzuhur yang linglung
Aku tertatih entah di kabut mana
Kaki telah beranjak pada pundak langit
Menoleh ke kanan mega berarak
Ke kiri awan bergumpal bersama jejak
Letih terdiam bersama cucur keringat
Terduduk dalam hampa dan kesendirian
Lelana dalam suwung
Tiba tiba angin sidrah berdentang
Panggilanmu serupa hujan
Menghunjam dada hingga jantung
Aku tersentak dalam kebisuan
“Kaukah itu, datang menjemputku”
Begitu saja kau menatap
Meraih pundak mendekap
Mengecup kening hening sesaat
Menuntunku kembali pulang
Pada riuh dunia yang sempat hilang sesaat
Aku kembali dalam rangkul doa suci
Bekasi, 07.03.2021
BILA AKU
(Rissa Churria)
Bila esok masih ada matahari
Bersinar menghangatkan tubuh
Aku berharap masih ada cahaya
Masuk lewat rongga dada cinta
Bila aku masih bisa merasakan semilir angin
Dan udara membelai tanpa aba aba
Aku ingin menulis satu cerita
Dalam buku harian rasa
Bahwa cinta rela meski
Harus memerih dan merintih sakit
Bila esok masih dapat kulihat lengkung pelangi
Aku ingin menjelma menjadi warna warninya
Agar kelak meski aku tiada
Kau masih dapat menatap rupa rupaku dilangitNya
Bekasi, 04.02.2021
RISSA CHURRIA . Nama lain Ummi Rissa. Menetap di Bekasi. Pengajar di beberapa sekolah di Bekasi dan Bogor, selain dosen di sebuah kampus di Jakarta. Aktif sebagai pegiat sastra, antaranya di Forum Sastra Bekasi, Dapur Sastra Jakarta, Ziarah Karyawan Indonesia-Malaysia dan beberapa komunitas sastra nusantara. Karya buku tunggalnya Harum Haramain, Puisi Perempuan Wetan, Sajak Bumi Orang, Liku Luka Perang Saudara, selain ikut dalam 50 antologi bersama. Juga menulis di Buletin Jejak – Forum Sastra Bekasi, Lumbung Sajak Forum Sastra Bekasi, harian lokal Radar Bekasi dan Radar Banyuwangi.*
Baca : Puisi-puisi Klasik Karya Amir Hamzah
*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]