Puisi-puisi Karya A Warits Rovi

a warits rovi

Bulan Korona

aku tak boleh bertemu denganmu
kecuali dari jarak tertentu
sebagaimana matahari menatap kolam
membisiki ikan-ikan dari kejauhan
melepas kerinduan melalui bibir angin kemarau
jala kusut, joran pancing sejenak lupakan
bumi sedang menyobek ribuan kembang
untuk keramasi rambutnya yang disisir jelatang,

tubuhmu dan tubuhku
punya semesta masing-masing
setakik hening, sedaras dingin
apa yang tumbuh di tubuhku biarkan berbunga sendiri
maka apa yang tumbuh di tubuhmu akan jauh dari mati,

wajah kita masing-masing
bersembunyi di balik masker
seperti hutan melindungi satwa
agar kehidupan berlangsung lama
dan matahari lain segera terbit membawa
seperca kain sutra dari jendela surga.

Gapura, 2020

 

Metamorfosis Korona

sebelum korona
kita adalah ulat yang serakah
menyantap daun-daun
dengan liuk yang menjijikkan,

sekarang
kita adalah kepompong
yang terikat diam
tak boleh keluar rumah,

besok
semoga menetas jadi kupu-kupu
bersayap indah
terbang ke langit
memuja Tuhan.

Gapura, 2020

 

Tirakat Bersama

Maret dan April 2020
mengembalikan kita pada kesunyian rumah yang membatu
seperti pulang ke rahim ibu, menengok ruang tanpa debu
dan malaikat rahmah ada di situ, berteman jam biru
yang jarumnya patah tinggal satu,

sedang di luar, wabah menunggung angin
menempuh segala jarak yang dibalut dingin
daun-daun pintu pagar tertutup dan gemetar
kepongahan dirajam kabar kematian
hati berlutut pada keadaan
bersama doa-doa yang melayang dari dada gersang,

ketakutan dan kecemasan
memenuhi jantung bayang-bayang
kekhawatiran sejalur dengan liuk jalan
wabah seperti garis tak berujung
digores Azrail siang dan malam
di balok kayu dan arang, di senyap lengan kanan
di balik arus sungai, di tulang setiap orang,

Maret dan April 2020
kita hanyalah batu, kita hanyalah debu
dan akan baik jika membisu.

Rumah IbelFilza, Maret 2020

 

Ilustrasi Korona

nyawa adalah daun-daun gugur
yang melengkapi kemurungan tanah,

barisan cacing meliuk di bawah kaki yang berjalan
menunggu jasad yang tumbang,

sedang pada pemandangan yang lain

di balik jendela, celah bilah bambu
dengan gorden tersingkap serat beludru
orang-orang baru mengingat Tuhannya
setelah menyadari dirinya
yang kecil, kerdil dan dekil
lebih kecil dari sebutir pasir.

Rumah Ibel, 2020

 

Jarak Kita, Nyawa Kita

jarak kita, nyawa kita
sentuh tenun jarimu
kurindu di ambang pintu
tapi untuk sementara
jarak kita, nyawa kita
bila kita bersentuhan
barangkali liang kubur bakal menganga,

jarak kita, nyawa kita
dari jauh kita tersenyum
dari jauh kita membuat tenun.

Rumah Filza, 2020

A Warits Rovi lahir di Sumenep, 20 Juli 1988. Menulis puisi, cerpen, esai, artikel, dan naskah drama. Tulisan-tulisannya tersebar di media lokal dan nasional, antara lain di Kompas, Koran Tempo, Jawa Pos, Majas, Republika, Media Indonesia, Seputar Indonesia, Horison, Suara Merdeka, Majalah Femina, Indo Pos, Solopos,Tabloid Nova, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Padang Ekspres, Bali Pos, Tribun Jabar, Lampung Pos, Banjarmasin Pos, Basabasi.co, Radar Surabaya, Riau Pos, Suara NTB, Haluan, Rakyat Sultra, dan lain-lain. Bukunya yang telah terbit berupa kumcer Dukun Carok dan Tongkat Kayu (Basabasi, 2018). ~ (Kantor Bahasa Sulteng, 2020).***

Baca : Puisi-puisi Karya Seniman Eny Winaryati

*** Laman Puisi terbit setiap hari Minggu. Secara bergantian menaikkan puisi terjemahan, puisi kontemporer nusantara, puisi klasik, dan kembali ke puisi kontemporer dunia Melayu. Silakan mengirim puisi pribadi, serta puisi terjemahan dan klasik dengan menuliskan sumbernya ke email: [email protected] [redaksi]

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *