Kesetiaan

Bang Long

Bismillah,

“BELAJARLAH hidup setia,” pesan Emak suatu senja ketika kami duduk santai di bangku panjang beranda rumah. ”Setialah pada orang tua, pasangan hidup, kawan, dan negara atau siapa pun yang berhak memperoleh kesetiaan itu,” Emak senyum.

Kisah kesetiaan Hang Tuah dan Hang Jebat sangat termasyhur dalam perjalanan sejarah Melayu. Bahkan, kemasyhuran kisah kesetiaan dan heroik ini sampai ke seantero jagat. Kisah ini memberikan ibrah yang ranggi pada jatidiri dan tamadun kemanusiaan. Dalam hal ini, saya tak nak menghukum siapa yang benar dan siapa yang salah. Hang Tuah atau Hang Jebat? Nilai terpenting yang patut saya ambil adalah kesetiaan. Kesetiaan Hang Tuah pada Sultan (pemerintah). Kesetiaan Hang Jebat pada Hang Tuah (sahabat). Keyakinan kedua tokoh utama ini memberikan gambaran betapa pentingnya kesetiaan dalam kehidupan bernegara dan persahabatan meskipun kisah ini berakhir dengan tragedi.

Kesetiaan adalah kehormatan. Sifat setia pun bagaikan penghormatan. Siapa yang setia bermakna dia memperlihatkan rasa hormat. Bahkan, orang setia adalah orang terhormat. Kesetiaan melumatkan karat kebencian. Tidak hanya itu, kesetiaan juga meruntuhkan tembok permusuhan. Kekuatan dan kekuasaan besar terlahir dari kesetiaan. Kerenggangan tidak akan terjadi karena kekuataan kesetiaan. Teladan muncul dari celah-celah kesetiaan yang dibangun. “Kesetiaan berarti ketulusan untuk menyimpan satu hati di dalam hati dan berjanji untuk tidak akan mengkhianati,” begitu kata Bacharuddin Jusuf Habibie. Siapa tak tahu tentang kisah kesetiaan mantan presiden kita ini. Kisah kesetiaan itu dituangkannya dalam novel yang difilmkan berjudul Habibie dan Ainun.

Sastra memberikan celah yang luas tentang kesetiaan. Sangat banyak karya sastra mengangkat persoalan kesetiaan. Karya sastra membahas tentang kesetiaan pada negara, cinta, sahabat, lingkungan alam, nabi atau rasul, Tuhan, dan sebagainya. Sastrawan menyemai nilai-nilai kemanusiaan di celah-celah kesetiaan yang dibungkus dalam karyanya. Para pembaca dan kritikus akan menggali nilai-nilai kesetiaan dari bungkus tersebut.

Bukan cuma itu. Kesetiaan pun mampu menggerakkan seseorang untuk membangun suatu prasasti. Taj Mahal di India seperti Pulau Penyengat adalah prasasti kesetiaan. Prasasti ini tercatat dalam gemilang sejarah. Tak ’kan habis dikenang sepanjang zaman. Tak ’kan hilang dimamah kemarau panjang. Kisah kesetiaan itu telah merasuk dalam jiwa-jiwa yang rindu amanah. Tersebab jiwa-jiwa itu tahu bahwa kesetiaan tersebut adalah keteguhan berjanji. Bagai tertulis dalam Tunjuk Ajar Melayu: Apa tanda Melayu bermarwah, menaati janji memelihara amanah.

”Jangan sesekali berkhianat,” suara Emak tegas melafaskan kalimat ini. Lama dia memandangku.

Taj Mahal memang indah. Ini benar-benar prasasti kesetiaan cinta terdalam. Shah Jehan pun dimakamkan di samping makam istrinya Mumtaz Mahal di dalam Taj Mahal. Taj Mahal menjadi lambang cinta sejati, simbol kesetiaan hingga hari ini. Oleh penyair Riau, Husnu Abadi, Taj Mahal ini menjadi puisi. Kumpulan puisi karya dosen ini berjudul Taj Mahal (Salmah Publishing, 2021) memuat 2 puisi yang berkisah tentang prasasti indah itu, yaitu Taj Mahal (hlm. 47) dan Taj Mahal (II) / Ketika Mumtaz Menulis (hlm. 51).

Taj Mahal merupakan puisi akulirik. Ada penyair bermain di dalam puisi tersebut. Penyair berkisah tentang kerinduannya. Aspek geografis seperti lautan, gunung, dan lembah (sebagai simbol aral) bukan penghalang untuk bertemu dendam. Ya Taj Mahal / Dari jauh aku datang / Melewati lautan, gunung, dan lembah / Untuk melepas rindu yang telah lama kusimpan / Lima puluh tahun lalu ketika aku bersila di sebuah beranda / Seorang guru telah memberiku mimpi-mimpi / Tentang sejumlah keajaiban dunia / Dan juga tentang keajaiban cinta. Penjelasan guru tentang keajaiban dunia memberikan kesan khusus kepada penyair, terutama Taj Mahal. Mimpi menjadi kenyataan.

Dalam puisi ini, penyair juga mengisahkan betapa dahsyatnya kesetiaan. Sebagai prasasti keajaiban dan kesetiaan cinta, Taj Mahal dilukiskan selalu ramai dan damai. Kesetiaan yang kokoh memang selalu mendatangkan kecemburuan bagi orang lain. Betapa aku cemburu pada kesetiaan yang panjang / Dan kecintaan yang tak pernah lekang. Tentang kesetiaan yang telah dipancangkan di Taj Mahal, penyair Husnu Abadi merasa malu dengan kesetiaan yang sia-sia dan pengkhianatan. Dan aku merasa malu ketiaka melihat ke belakang / Ketika makna kesetiaan yang sering berceceran / Atau yang sering dipertukarkan. Karena begitu kuatnya kesetiaan Shah Jehan, penyair ini berdoa kepada Tuhan agar kekuatan kesetiaan Shah Jehan bisa kembali ke zaman ini. Agaknya, Husnu Abadi menilai betapa kesetiaan begitu rapuh di abad ini. Kesetiaan yang kuat melahirkan kekaguman. Cinta dan kesetiaan / Yang tak pernah putus / Walaupun karena kematian.

Nilai-nilai kesetiaan pun terulang dalam puisi Taj Mahal (II). Dalam puisi ini, penyair memosisikan dirinya sebagai Mumtaz Mahal yang menulis puisi ini. Suara-suara kesetiaan seolah-olah bergema dari kalam-kalam puisi yang ditulis oleh permaisuri itu. Dia juga menjadi simbol kesetiaan dan sebab terjadinya kesetiaan. Dia telah melahirkan dan menghidupkan kesetiaan di istana cintanya. Sungai Yamuna yang lembut dan selalu setia / Menyirami kesetiaan dan kehangatan / Engkau memang luar biasa, Shah Jehan / Tidak seperti kebanyakan laki-laki / Engkau bersedia untuk selama-lamanya untuk tidak mencari penggantiku. Larik-larik ini ingin mengatakan bahwa kebanyakan lelaki menyia-nyiakan kesetiaannya. Karena menyia-nyiakan kesetian itu, lelaki tidak menjadi luar biasa. Kesetiaan Shah Jehan menorehkan kesan damai di hati Mumtaz Mahal dan sebaliknya.

Begitulah kesetiaan. Kita akan mengkaji ulang setiap kesetiaan diri sendiri dan orang lain. Kesetiaan memang sangat kita perlukan dalam kehidupan. Kehidupan dalam arti luas. Marilah kita berziarah kesetiaan diri masing-masing. Sampai sejauh mana kesetiaan kita? ***

Alhamdulillah.
Bengkalis, Senin, 20 Rajab 1443 / 21 Februari 2021

Baca : Bekerja

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Respon (1)

  1. Terima kasih pada cikgu Musa Ismail telah memberikan ulasan tentang makna kesetiaaan dalam buku Lautan Taj Mahal
    Lama kita tak bertemu, rindu juga untuk ngopi bersame, suatu masa

    Salam takzim

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *