Buku

Bang Long

Bismillah,
Di suatu sekolah, saya melihat buku-buku bergantungan di beberapa dahan pohon. Warga sekolah kreatif itu menyebutnya Pohon Literasi. Dengan sengaja, para guru menggantungkan beragam buku cerita karya penulis Indonesia di pepohonan halaman sekolah. Ketika angin menerpa, buku-buku itu bergerak memutar dan bergoyang-goyang. Bahan-bahan bacaan itu laksana mengejek, mengajak, serta menggoda hati dan otak semua orang untuk membacanya. Beragam buku itu terus bergerak memutar dan bergoyang-goyang. Beberapa siswa menyentuh dan membaca buku-buku itu. Lalu, mereka menggantungkannya lagi dengan hati-hati.

Hari masih pagi. Cericit burung dan angin sepoi menjalin nyanyian alam. Di halaman sebelah aula terbuka, Hamba melihat ada taman. Warga sekolah menamakannya Taman Literasi. Ada beberapa pohon pelindung di situ. Ada ketapang biasa yang berdaun besar. Ada pula ketapang kencana yang berdaun kecil. Pepohonan itu sangat rindang. Di bawah pohon, sudah tertata kursi dan meja tempat pengunjung bersantai sambil membaca buku. Selain itu, ada juga pondok sederhana di Taman Literasi itu. Mereka menamakannya Pondok Baca. Di pondok baca inilah, warga sekolah membaca buku-buku yang dihidangkan.

Lalu, mata Hamba menangkap empat siswa sedang mendorong gerobak jualan makanan. Gerobak jualan itu mengejek rasa lapar. Hamba mendekati gerobak itu. Ternyata, para siswa itu berjualan makanan rohani di gerobak itu tersebut.

”Membaca buku-buku yang baik berarti memberi makanan rohani yang baik,” itu kata Buya Hamka. Mereka menyebutnya Gerobak Literasi. Di gerobak seperti jualan siomai dan batagor itu, sudah tersusun beragam buku yang siap dibaca oleh warga sekolah.

Hamba merasa nyaman di sekolah ini. Kini, Hamba berjalan ke kelas-kelas. Semua kelas ada sudut khusus yang menyerlah seperti taman bermain. Warga sekolah itu menyebutnya Pojok Baca. Di situ, beragam buku cerita pun ditata dengan rapi pada rak-rak yang tersedia. Para siswa duduk santai sambil mengunyah bacaan dalam buku sembari duduk di lantai yang beralas tikar bersih.

Ada satu tempat lagi yang Hamba kunjungi di sekolah kreatif itu. Kaki Hamba mengayun ke arah sisi kanan. Ada tulisan Kantin Literasi terpampang nyata di suatu sisi. Di kantin ini, beberapa siswa boleh makan percuma asalkan memenuhi persyaratan literasi. Apa persyaratan literasinya? Misalnya, menyetor hafalan ayat suci atau selesai membaca satu buku cerita, maka siswa itu boleh memilih dan makan kue secara percuma.

”Alhamdulillah siswa berebut ingin menyetor hafalan pelajaran,” kata Kepala Sekolah yang Hamba panggil Wak Mantri itu.

Ini bukan negeri khayalan. Kenyataan ini Hamba jumpai di Kecamatan Bantan pada ibukota kabupaten yang bergelar Negeri Junjungan. Ibukota kabupaten ini berada pada suatu pulau yang termasuk kawasan daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal (3 T). Hamba senang ada sekolah seperti ini. Hamba gembira ada sekolah yang mengelola perpustakaan dengan beragam model. Beragam model perpustakaan pada satu sekolah ini telah menawarkan beragam kemungkinan minat baca para warga sekolah, terutama siswa. Buku yang menarik dan ditempatkan pada lingkungan tidak atau kurang menarik akan menjadi kurang menarik. Ini berarti bahwa lingkungan membaca itu juga mempengaruhi minat membaca. Hamba jadi paham bahwa mengelola perpustakaan itu sangat penting.

Buku itu berharga bagi pembentukan jatidiri. Kata Tere Liye, ”Berikanlah hadiah sebuah buku kepada seseorang yang amat engkau hargai.” Buku bisa menerbangkan pikiran. Buku bisa memerdekakan perasaan. Buku bisa memantik ilham. Buku juga mampu memotivasi kita untuk terus belajar. Jika tak membaca buku, hidup bagai terpenjara. Jika tak membaca buku, jiwa dan pikiran menjadi hampa. Karena itu negarawan Bung Hatta berkata, ”Aku rela dipenjara asalkan bersama buku. Karena dengan buku, aku bebas.” Ini kalimat inspiratif yang luar biasa untuk membangkitkan minat baca.

”Hal-hal yang ingin kutahu ada di dalam buku. Sahabat terbaik adalah orang yang akan memberikanku sebuah buku yang belum aku ketahui,” begitu kata Abraham Lincoln, presiden ke-16 Amerika Serikat. Saat ini, Kemendikbud Ristek melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BP2B) telah menjadi sahabat terbaik. Badan ini telah mendistribusikan buku literasi kepada sekolah sasaran dengan jumlah ribuan eksamplar. Untuk mewujudkan gerakan literasi, melalui BP2B ini juga telah melakukan kegiatan Pelatihan Fasilitator dan Pendampingan Pemanfaatan Buku Literasi di beberapa Regional sasaran. Semoga kegiatan ini bisa berfaedah bagi masa depan bangsa. Dengan buku, semoga hati dan otak kita tidak hambar.

”Bacalah buku sebanyak-banyaknya agar kalian bisa terbang,” pesan Emak menggema selamanya.

”Aku menemukan bahwa hati manusia itu kosong dan hambar, kecuali di dalam buku,” kata Jean-Paul Sartre menutup tulisan sederhana ini.***

Alhamdulillah.
Bengkalis, Selasa, 25 Muharam 1444 / 23 Agustus 2022

Baca : Merdeka atau Mati

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews