Dari i-Tsing sampai x-Jing

tuan guru

Cuaca kini agak membaik
Topan ribut pun sudah mereda
Berlabuh dulu di Sungai Ombun

    Akal berbudi orang yang cerdik
   Terus dikenang sepanjang masa
   Lekang pun tidak beribu tahun

I-TSING, pengembara dari Tiongkok berabad-abad lalu, mengelana keliling dunia. Singgah di banyak negeri di rantau nusantara. Sempat pula dia berlabuh dan bertambat, berselimut tabir embun di Sungai Ombun. Mungkin di sini dikiranya surga.

Sungai Ombun memang menakjubkan

Buktinya, masih ada tercogok Candi Muara Takus di ujung sungai ini. Konon ini cikal bakal Kerajaan Sriwijaya, yang amat besar pada kemudian harinya. Bahkan seluruh rantau nusantara di bawah naungannya, yang sekarang menjadi banyak negara.

Alam Melayu memang buat rindu.

Kalau tidak, takkan mungkin I-Tsing pernah balik lagi ke kawasan ini. Bahkan setelah kunjungan pertama itu, berkali-kali dia datang lagi, malah menetap bertahun-tahun di alam Melayu. Cuma ketika dia datang pada kali-kali berikutnya kerajaan yang ada di Sungai Ombun sudah beralih ke Sungai Musi.

Berharga sekali catatan I-Tsing tentang kerajaan-kerajaan di nusantara. Kalau tidak ada catatannya, mungkin banyak orang buta mengenal Muara Takus dan Sriwijaya. Wajar jasanya tetap dikenang sepanjang masa

Lain I-Tsing lain pula Khubilai Khan

Bila I-Tsing datang sendiri dengan sikap santun berbudaya, Khubilai Khan datang mengirim utusan ke nusantara dengan semangat kemaruk kuasa. Ingin seluruh dunia tertakluk kepada mereka.

Nyaris semua daratan Asia dan Eropa sudah digenggamnya, malah menjangkau Afrika. Kecuali nusantara belum bersimpuh pada mereka. Sementara Amerika dan Australia pada masa itu masih dalam gelap gulita.

Singosari, sasaran utama di nusantara.

Meng Qi, utusan Khubilai Khan itu. Menemui Kartenegara. Meminta Singosari takluk pada kekaisaran Khan. Segera menyerahkan kedaulatan.

Kartanegara. Raja Singosari itu bukan penguasa sembarangan. Sangat menjaga wibawa kedaulatan nusantara. Tak sudi dia menyerah tanah airnya begitu saja. Takluk di bawah Kaisar dari daratan Cina. Apatah lagi permintaan itu disampaikan seorang utusan pula.

Haram jadah!

Meng Qi bukan saja mendapat jawaban hampa. Utusan dari Tiongkok ini malah dikelari, dikuliti kulit kepalanya. Lalu dikirim balik ke Cina.

Meradang Khubilai Khan.

Dia lalu mengirim tiga ribu pasukan ke Pulau Jawa. Hendak menghukum Kartanegara dan melumat-lantakkan Singosari. Namun sesampai di Jawa panglimanya bingung sendiri. Kartanegara yang ditargetnya sudah mati. Dibunuh Jayakatwang. Singosari yang besar sudah ditakluk oleh raja Kediri ini.

Panglima Cina yang bingung terjumpa pula dengan Raden Wijaya. Bukan menutut balas dendam kepada mantan pembesar Singosari orang kepercayaan Kartanegara ini. Eh, alih-alih malah pasukan Khubilai Khan menurut saja ketika Raden Wijaya yang penuh kesumat mengajak menghantamlumatkan Kediri.

Mudah diprediksi. Kehebatan pasukan Mongol ini mampu menangkap Jayakatwang, Raja Kediri. Memporak-porandakan. Sampai meruntuhlumatkan kerajaan Kediri.

Itu benar-benar terjadi. Tumbang Kediri.

Eforia kemenangan membantai Kediri, membuat pasukan Khubilai Khan terlena dan lupa diri. Berpesta pora mabuk-mabukan sehingga membuat mereka lengah dan melepas nyawa lekas sekali.

Raden Wijaya yang tak sudi tertakluk, jeli melihat situasi. Kesempatan itu langsung dia curi. Segera berbalik cepat sekali. Menggempur prajurit Khubilai Khan. Sekitar tiga ribu pasukan dari Asia daratan itu pun tersungkur-sungkur. Gugur berserakan.

Kapok Khubilai Khan menyerang Nusantara.

Para panglima yang balik perang sang kaisar hadiahi dengan hukuman berat. Kegagalan penyerbuan ke tanah Jawa yang sanggat itu sekaligus menjadi ekspedisi militer terakhir Khubilai Khan, sang penguasa yang merasa paling hebat.

Raden Wijaya pun kemudian jadi maharaja Majapahit yang melegenda.

Mongol yang membesar di daratan Cina memang sudah lama sirna. Tetapi DNA menguasai jagat dunia terus menyala. x-Jing yang saat ini mewarisi mabuk kemaruk kuasa. Ingin menggenggam semuanya. Bertahta sepanjang hidupnya.

Tiada yang boleh merintanginya
Tiada yang tak boleh diklaimnya
Tiada yang boleh berani padanya
Tiada yang tak boleh dipanggangnya
Tiada sempadan batas baginya
Tiada pandemi menakutkannya

Sebab itu muntah mulutnya sendiri.

Amerika pun tiada di matanya
Apatah lagi nusantara

Dialah x-Jing Khan hari ini.
I-Tsing : Jacma masa lalu.***

Buluhcina, 2021

Baca : Kandas di Danau Bertuba

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *