Etika Leadership

lidah

LAMANRIAU.COM – Tenas Effendy dalam Tunjuk Ajar Melayu berpesan: Bertuah ayam ada induknya, bertuah serai ada rumpunnya, bertuah rumah ada tuanya, bertuah kampung ada penghulunya, bertuah negeri ada rajanya, bertuah imam ada jamaahnya.

Bila negeri tidak beraja, bila kampung tidak berpenghulu, bila rumah tidak bertuan, angin lalu tempias lalu, tuah hilang marwah terbuang, hidup celaka sengketa pun datang.

Leader is the cultural builder: Pemimpin merupakan pembentuk budaya yang dipimpin.

Rasulullah Saw merupakan figur kepemimpinan dalam Islam dan orang Melayu. Ia menjadi contoh ideal pemimpin idaman yang tidak saja disanjung, dikagumi, dan dicotoh-teladani pengikutnya tapi juga diakui oleh orang lain bahkan lawan-lawannya sendiri. Karena ia memang telah ditabalkan Ilahi sebagai figur tiada tanding, teladan tiada banding. “Sungguh pada dirimu Rasulullah (Muhammad) panutan yang baik.”

Keteladanan nabi Muhammad Saw tercakup dalam semua aspek kehidupan, termasuk kepemimpinan. Berbicara tentang figur leadership Rasulullah Saw tak lepas dari Alquran karena kitab itu menjadi dasar ia melakukan segala hal dalam kehidupan termasuk ketika memimpin umat manusia. Ketika Aisyah ra ditanya seperti apa prilaku nabi, Aisyah pun menyatakan bahwa akhlak beliau adalah Alquran. Jadi, Nabi Muhammad Saw merupakan Alquran yang hidup atau the rule quranic.

Saat ia dan sahabat menderita kekalahan telak dalam perang uhud, nabi agak terpukul karena kekalahan tersebut akibat ada beberapa sahabat yang tidak mengindahkan arahan beliau. Saat itu terbunuh 70 sahabat, termasuk pamannya Hamzah bin Abdul Muthalib. Sebagai manusia, ia kecewa terhadap beberapa sahabat yang tidak mengikuti arahannya. Dan ia merasa bingung harus bersikap apa terhadap beberapa sahabat yang tidak mematuhinya.

Menurut sebagian ahli tafsir, turunlah surat Ali Imran ayat 159 sebagai petunjuk bagi nabi dalam menghadapi para sahabatnya tersebut: “Maka berkat rahmat Allah Swt, engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka, dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertawakkal.”

Bila menelisik ayat tersebut ada beberapa hal yang mesti dilakukan seseorang atau pemimpin ketika menghadapi yang dipimpinnya. Pertama, ia mesti berlemah-lembut kepada orang-orang yang telah menyakitinya. Kedua, jangan berucap pedas, berlaku kasar dan keras serta bersikap diktator. Ketiga, jangan berhati bebal atau keras sehingga tak mampu melihat luka, nestapa dan derita dari rakyat atau orang-orang yang yang berada dalam kepemimpinannya. Keempat, sudi memaafkan kesalahan mereka, dan tidak pernah marah yang tak mendidik atas perlakuan mereka yang tidak menyenangkan. Kelima, mintakanlah ampunan buat orang yang dipimpin kepada Ilahi. Nabi Muhammad saw berpesan, “Sebaik-baik pemimpin adalah kalian mencintai mereka, dan kalian pun mendoakan mereka, dan mereka pun mendoakan kalian. Sedangkan sejelek-jelek pemimpin  kalian adalah kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian.”

Keenam, bermusyawarahlah dalam berbagai urusan yang sedang dihadapi. Ketujuh, setelah melakukan semua itu maka serahkanlah segalanya kepada Allah Swt (tawakkal) karena Allah amat mencintai orang-orang yang bertawakkal.

Tujuh tahapan di atas, bukan saja etika atau sikap baik yang dilakukan seorang pemimpin dalam skala makro, seperti mengurus kenegaraan tapi juga dalam skop mikro, seperti bagi diri dan rumah tangga. Karena pada dasarnya, semua orang adalah pemimpin, seperti yang disabdakan Nabi Saw, “Setiap kamu adalah pemimpin. Dan setiap kamu akan diminta pertanggungjawaban dari kepemimpinannya.”

Dalam hadits tersebut, pemimpin memakai kata ra’in yang makna asalnya adalah penggembala. Sejatinya, seorang pemimpin selalu menggembala rakyatnya. Di antara sikap penggembala kepada gembalaannya adalah hampir saban waktu memikirkan nasib gembalaannya. Mulai bangun pagi sampai tidur terus memikirkan gembalaannya, dan ia ingin gembalaannya terus sehat dan selamat dari berbagai ancaman dan bahaya. Lalu ia melakukan berbagai hal agar gembalaannya tersebut selalu aman, kenyang, nyaman dan sejahtera dalam berbagai hal.

Jika dilihat dari skala luas seperti mengelola negara, maka tujuh tahapan etika kepemimpinan tersebut dapat dipakai dalam menjalankan roda kepemimpinan agar sebuah negara mencapai adil, makmur dan sejahtera atau baldatun thayyibatun wa Rabbun ghafur.

Tujuh formula tersebut telah terbukti membuat nabi Muhammad Saw  dengan manis mengukir daun emas peradaban. Diikuti pula oleh para sahabat beliau yang kegemilangannya tetap terlihat  dan mengundang decak kagum hingga kini.

Akan tetapi pemimpin yang hebat selalu didukung oleh rakyat yang hebat pula. Karena sesungguhnya pemimpin adalah cerminan rakyatnya.

Suatu ketika Sayyidina Ali kw dihujat seseorang. “Wahai Ali, ketika kepemimpinan Islam dipegang Nabi Muhammad Saw, umat aman. Di saat khalifah dijabat Abu Bakkar al-Shiddiq, umat tentram. Di waktu Umar bin Khattab menjadi khalifah, umat sejahtera. Di kala Utsman bin Affan naik tahta tak ada kekacauan di mana-mana. Tapi ketika engkau berkuasa, di mana-mana terjadi huru hara dan pertumpahan darah.”

Ali tersenyum dan menjawab, “Apa yang engkau katakan benar. Ketika kepemimpinan Islam dipegang Nabi Muhammad Saw, umat aman, di saat khalifah dijabat Abu Bakkar al-Shiddiq, umat tentram, di waktu Umar bin Khattab menjadi khalifah, umat sejahtera, di kala Utsman bin Affan naik tahta tak ada kekacauan di mana-mana tapi ketika aku menjadi khalifah, di mana-mana terjadi huru hara dan pertumpahan darah. Engkau tahu apa sebabnya?”

“Itu karena pada saat mereka menjadi pemimpin, rakyatnya orang seperti saya. Sementara ketika saya menjadi khalifah, rakyat yang saya pimpin seperti Saudara!”

Wallahu a’lam.    

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *