Sang Panutan

INI bulan lahir manusia panutan itu. Ya, pada 12 Rabiul Awwal sejarawan secara mayoritas menetapkan hari lahirnya walaupun ada juga yang berpendapat pada 17 Rabi’ul Awwal. Ia dilahirkan oleh Aminah binti Wahb di kota Mekah pada 571 M atau tahun gajah, tahun datangnya tentara Abrahah ke Mekah yang berencana menghancurkan Kakbah.

Ia bernama Muhammad Saw bin Abdulah yang diutus untuk kedamaian semesta. “Tidaklah kami utus engkau wahai Muhammad kecuali menjadi rahmat bagi alam semesta.” (QS:Al Anbiya: 107). Ia datang tidak saja memberi kebahagiaan bagi manusia tapi bagi makhluk semesta lainnya, seperti tetumbuhan, hewan dan lainnya.

Umurnya tidak terlalu panjang. Hanya 63 tahun. Namun berkah umurnya sepanjang dunia ini terbentang bahkan ketika segala makhluk sirna.

Kiprahnya di dunia tidak tanggung-tanggung. Walau lahir dalam keadaan yatim namun kelak ia mampu menguasai peradaban dunia dengan gemilang. Decak kagum dari para sarjana muslim dan non muslim berdatangan dari segala penjuru.

Nashih Nashrullah di Republika.co.id memaparkan. George Bernard Shaw mengatakan dalam De Karcht van den Islam, “Seperti Napoleon, saya pun lebih suka akan ajaran Muhammad. Saya yakin bahwa seluruh imperium Inggris akan menganut aja rannya sebelum abad ini berakhir. Pribadi Muhammad sangat agung. Saya kagumi dia dan saya meng anut dia dalam pandangan hidupnya (M Hashem, Kekaguman Dunia Terhadap Islam, 1983). Komentar itu jelas terlalu berlebihan mengingat Shaw tidak menganut ajaran Muhammad.

Lamartine pun memuji Nabi Muhammad dengan penuh kata-kata indah. “Philosopher, orator, apostle, legislator, warrior, conqueror of ideas, restorer of rational dogmas, of a cult without images, the founder of twenty terrestrial empires and of one spiritual empire. That is Muhammad. As regard all standards by which human greatness may be measured, we may well ask, it there any man greater than he?”

(Filosof, orator, rasul, pembuat undang-undang, pejuang, penakluk ide-ide, pembangun dogma rasional dari suatu agama tanpa berhala, pendiri dua puluh imperium dunia dalam satu imperium spiritual. Itulah dia Muhammad. Merupakan segala standar untuk mengukur kebesaran manusia. Kita boleh bertanya, adakah orang yang lebih besar daripada dia?) (Lamartine, Histories de la Turquoises, 1854).

Pandangan netral orientalis yang mencoba “membela” Nabi Muhammad dilakukan di antaranya oleh Thomas Carlyle, Loria Valeri, Edward Gibbon, Stanly Lane-Pole, Thomas W Arnold dan lainnya. Bahkan, Michael H Hart menempatkan Muhammad sebagai urutan pertama orang yang paling berpengaruh dalam sejarah. Katanya, “My choice of Muhammad to lead the list of the world’s most influential persons may surprise some reader and maybe questioned by others. But he has only man in history who was supremely successful on both religion and secular levels.”

(Jatuhnya pilihan saya pada Muhammad untuk memimpin di tempat teratas daftar pri badipribadi yang paling berpengaruh di dunia ini mungkin mengejutkan beberapa pembaca dan mungkin pula dipertanyakan oleh yang lainnya. Namun dia memang satu-satunya orang dalam sejarah yang telah berhasil secara unggul dan agung, baik dalam bidang keagamaan maupun bidang keduniawian) (Michael H. Hart, The 100 : A Ranking of The Most Influential Person in History, 1918).

Bagi umat Islam, apakah cukup dengan berbangga hati setelah mendengar ungkapan para orientalis itu?

Tentu saja tidak. Kaum muslim sejatinya melakukan sesuatu yang dilakukan Nabi Muhammad tersebut dalam hidupnya karena Muhammad Saw telah menjadi rule model dalam kehidupan. Ia panutan tiada tanding, teladan tiada banding. “Sungguh pada pada diri Rasulullah (Muhammad) teladan yang baik…” (QS: Al Ahzab: 21)

Keteladanan yang perlu diwarisi itu bukan saja tata kelola pemerintahan, strategi perang, politik dan ekonomi tapi segala aspek kehidupan yang telah diberi tuntunan olehnya tentang itu.

Nabi Muhammad Saw seorang manusia yang melakukan segala sesuatu berimplikasi pada orientasi duniawi dan ukhrawi. Memayungi, melindungi, menguasai segala alam, baik makhluk nyata maupun gaib.

Dan yang paling berharga untuk diimplementasikan sepak terjangnya adalah akhlaknya yang mulia. Kesantunan dan kebaikannya mendapat pujian langsung dari Tuhan. “Sesungguhnya engkau (Muhammad) memiliki akhlak yang sangat luhur.” (QS. Al-Qalam: 4).

Ya, bukan hanya makhluk seperti manusia, malaikat dan lainnya berdecak kagum padanya, Tuhan pun memberi pujian dan penghormatan kepadanya. “Sungguh Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al-Ahzab: 56)

Be a little Muhammad. Jadikan ia panutan dan teladan agar hidup penuh makna. Shallallahu ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.

Wallahu a’lam. ***

Baca : Rumah Bunga

Ikuti berita lamanriau.com di GoogleNews

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *